Washington (ANTARA News) - AS mengecam sebuah laporan PBB mengenai penjara "perang terhadap teror" AS di Teluk Guantanamo yang masih belum disiarkan, dan mengatakan para penulis tidak pernah mengunjungi kamp itu dan dokumen mereka didasarkan pada rumor-rumor. Sebuah rancangan laporan PBB menyimpulkan bahwa perlakuan AS terhadap para tahanan Guantanamo melangar hak fisik dan kesehatan mental mereka dalam beberapa kasus, terjadi penyiksaan, kata AFP, mengutip suratkabar Los Angeles Times, Senin. Rancangan laporan itu juga mendesak AS menutup penjara di pangkalan Angkatan Laut AS di Kuba itu dan mengadili para tahanan di wilayah AS, menuduh bahwa pembenaran Washington bagi penahanan itu terus menerus adalah satu pelanggaran terhadap hukum internasional, kata suratkabar tersebut. Jurubicara Departemen Luar Negeri, Sean McCormack mengeluh bahwa para penulis menulis laporan itu tanpa mengunjungi penjara itu. "Apabila orang membaca laporan pers ini tentang hasil-hasil ini dan apabila mereka benar-benar melihat laporan akhir, saya akan mendesak mereka melihatnya dalam konteks fakta bahwa tidak seorangpun yang menulis laporan ini benar-benar telah pergi ke Guantanamo," kata McCormack. "Jadi ini adalah penilaian yang tidak berdasar, paling tidak apa yang telah kami lihat sejauh ini," katanya. Para ahli hak asasi manusia PBB membatalkan satu kunjungan yang telah direncanakan ke Gantanamo akhir tahun lalu setelah gagal mendapat jaminan dari AS bahwa mereka dapat berbicara secara bebas dengan para tahanan. "Kami mengundang individu-individu ini untuk mengunjungi Teluk Guantanami. Mereka menolak undangan itu," kata McCormack, Senin. "Kami kira kami memberikan satu tawaran kepercayaan yang baik berdasarkan pada kewajiban internasional serta kebijakan kami." Jurubicara AS itu menyesalkan bahwa para pejabat PBB memutuskan untuk menulis laporan itu didasarkan pada kesaksian mantan para tahanan dan pengacara. "Sebagai akibat, kita mungkin akan melihat sebuah laporan yang didasarkan pada apa kata orang dan peernyataan mereka," katanya. Guantanamo menahan sekitar 500 tahanan, sebagian besar adalah mereka yang ditangkap di Afghanistan setelah serangan 11 September 2001 di AS. Sejumlah tahanan itu sedang melakukan mogok makan. (*)

Copyright © ANTARA 2006