Optimalisasi smelter dan jaminan ketersediaan listrik menjadi faktor penting, selain mengamankan Antam dari potensi fluktuasi produksi nikel juga dapat meningkatkan pertumbuhan pendapatan perusahaan
Jakarta (ANTARA) - Prospek bisnis komoditas nikel PT Aneka Tambang Tbk (Antam) diperkirakan meningkatkan signifikan seiring dengan optimalisasi produksi dari smelter dan terjaminnya pasokan listrik dałam jumlah yang cukup untuk masa 30 tahun mendatang.

“Optimalisasi smelter dan jaminan ketersediaan listrik menjadi faktor penting, selain mengamankan Antam dari potensi fluktuasi produksi nikel juga dapat meningkatkan pertumbuhan pendapatan perusahaan,” kata analis pasar dari GK Invest Lukman Hakeem, di Jakarta, Selasa.

Sebagaimana diketahui, harga nikel mengalami kenaikan yang tajam sepanjang tahun 2022, salah satunya karena perang di Ukraina.

Akibatnya, prospek harga nikel diperkirakan masih cukup baik dan menjanjikan, meskipun perang antara Rusia dan Ukraina usai sudah sekalipun.

Selain itu, tingginya harga minyak mentah dunia, memacu pengalihan teknologi otomotif dengan bahan baku minyak fosil menjadi listrik semakin mendesak dan cepat. “Ini akan membuka pintu bagi naiknya harga nikel yang lebih luas,” kata Lukman.

Dalam siaran pers Antam menyebutkan, selama 2021 Antam mencatatkan produksi feronikel (unaudited) sebesar 25.818 ton nikel dalam feronikel (TNi).

Produksi bijih nikel (unaudited) Antam yang digunakan sebagai bahan baku pabrik feronikel dan penjualan kepada pelanggan domestik juga mencapai 11,01 juta wet metric ton (wmt), meningkat 131 persen secara tahunan (yoy) dibandingkan dengan tingkat produksi tahun 2020 sebesar 4,76 juta.

Sedangkan, kinerja penjualan bijih nikel Antam sepanjang 2021 mencapai 7,64 juta wmt, tumbuh 132 persen dari realisasi penjualan di tahun 2020 sebesar 3,30 juta wmt.

Diversifikasi hasil tambang yang dilakukan Antam juga perlu diapresiasi, karena memungkinkan bagi perseroan untuk menghindari kerugian dan sekaligus meraup keuntungan yang lebih maksimal.

Seperti fenomena pada awal 2020, di mana Antam terancam mengalami pelemahan yang cukup tajam, terutama akibat dampak pandemi COVID-19.

“Namun, situasi itu berubah dan Antam kembali menguat karena sektor usaha yang dilakukan juga mengalami peningkatan, termasuk di sektor feronikel dan emas,” kata Lukman.

Diungkapkan, sektor feronikel dan emas dinilai mampu menjadi pengganti ketika satu sektor mengalami penurunan dan pelemahan.

Dengan produksi feronikel, Antam memiliki produk lain sebagai substitusi atau pengganti kinerja fundamental apabila salah satu produknya mengalami koreksi.

Baca juga: Antam cetak laba bersih Rp1,86 triliun dan Ebitda Rp5,71 triliun
Baca juga: Harga terus naik, pengamat nilai investasi emas Antam makin prospektif
Baca juga: Presiden : Keberanian setop ekspor bahan mentah membuahkan hasil

 

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022