UP melakukan PKM kepada santri Ponpes Minhajusshobirin untuk penetapan cara produksi pangan olahan yang baik pada produksi minuman belimbing wuluh rendah kalori sebagai realisasi Tri Darma Perguruan Tinggi.
Jakarta (ANTARA) - Universitas Pancasila (UP) Jakarta terus mendorong santri di Pondok Pesantren Minhajusshobirin Cibubur Jakarta Timur agar mempunyai jiwa wirausaha dengan memanfaatkan kearifan lokal yang ada dengan memberikan pelatihan.

"Pelatihan wirausaha yang saat ini dilakukan merupakan tindak lanjut dari sebelumnya, yang diharapkan produk yang dihasilkan Ponpes Minhajusshobirin meningkat, sehingga bisa menaikkan nilai ekonomi," kata Ketua Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Dr. apt. Novi Yantih, M Si. di Kampus UP Jakarta, Selasa.

Ia menjelaskan UP melakukan PKM kepada santri Ponpes Minhajusshobirin untuk penetapan cara produksi pangan olahan yang baik pada produksi minuman belimbing wuluh rendah kalori sebagai realisasi Tri Darma Perguruan Tinggi.

Sebagai pembicara yaitu Dr. Apt. Novi Yantih, M Si. yang memberikan materi Pedoman Cara Pengolahan yang baik, Prof. Dr.Apt Ratna Jamil, M.Si (bahan tambahan pangan (BTP), dan pembuatan minuman dengan menggunakan stevia sebagai pengganti gula).

Selanjutnya Dr. Apt. Faizatun, S.Si., M.Si (Higiene dan sanitasi, sertifikasi produk), Apt. Rahmatul Qodriah, M.Farm (spesifikasi mutu produk pangan olahan).

Novi mengatakan pembuatan produk pangan di Ponpes Minhajusshobirin yang telah dihasilkan adalah minuman dari belimbing wuluh, lidah buaya, dan empon-empon. Namun pengolahan minuman olahan tersebut masih sangat tradisional yang mereka ketahui saja.

"Pengolahan bagi mereka dimasak untuk mematikan kuman dan rasanya enak saja itu sudah cukup," katanya.

Padahal, katanya, cara prosesnya kurang menjaga keamanan bahan aktifnya. Minuman belimbing wuluh hanya mendapatkan rasa asem saja. Karena kandungan vitamin c, tak tahan panas jika pengolahan dengan suhu yang tinggi.

Selain itu, minuman belimbing wuluh yang dihasilkan rasanya manis sekali karena menggunakan gula yang tinggi, sehingga penderita obesitas dan diabetes tidak bisa mengonsumsi.

"Kami tentunya mengajarkan bagaimana pengolahan yang benar sehingga nantinya dapat dikonsumsi oleh seluruh masyarakat,"  kata Novi Yantih.

Sementara itu Prof. Dr.Apt Ratna Jamil, M.Si mengatakan bahan tambahan pemanis bisa digunakan stevia yang tidak menghasilkan kalori. Stevia juga merupakan bahan tambahan pangan yang aman tanaman, manisnya bisa 300 kali dari gula yang biasa dikonsumsi.

"Hal ini kita usulkan bahan pangan yang aman sehingga nantinya produknya bisa lebih murah untuk dijual dan harganya bisa lebih ekonomis," katanya.

Sedangkan Guru Pondok Pesantren Minhajusshobirin Wildan Abdulgani mengatakan berharap dengan adanya pelatih dari UP ini para santri bisa menjadi wirausaha yang tangguh ketika mereka lulus.

"Alhamdulillah saya sudah dua kali ikut pelatihan dari UP, harapannya produk yang kami hasilkan akan terus berkembang," katanya.

Baca juga: Menko PMK: Lulusan perguruan tinggi diharapkan ciptakan lapangan kerja

Baca juga: UP beri pelatihan pembuatan eco enzym dari sampah organik

Baca juga: Guru Besar UP: Literasi ekonomi syariah masyarakat perlu ditingkatkan

Baca juga: UP berikan beasiswa mahasiswa berprestasi bidang sosial kemasyarakatan

 

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022