koleksi yang dikumpulkan di Museum Nasional ini sudah dikumpulkan dari 200 tahun lalu
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid menyatakan tidak mudah untuk memamerkan koleksi sejarah yang sangat banyak dimiliki Indonesia untuk dipamerkan kembali kepada publik.

“Koleksi yang dikumpulkan di Museum Nasional ini sudah dikumpulkan dari 200 tahun lalu, jumlahnya sangat banyak dan untuk memamerkan secara pantas kepada publik kita, itu tidak mudah apalagi di masa sekarang,” kata Hilmar dalam Peluncuran Ruang ImersifA di Jakarta, Kamis.

Hilmar menuturkan banyak orang di masa kini tidak memiliki banyak waktu untuk menikmati sejarah yang ada di museum, sehingga pihak museum dan pemerintah perlu memikirkan sebuah cara khusus yang dapat membantu masyarakat menyerap sejarah yang panjang dalam waktu singkat.

Salah satu cara yang bisa ditempuh oleh pihaknya dan museum adalah menggunakan bantuan teknologi yang dirasa mampu mengemas kisah panjang sejarah bangsa tersebut. Teknologi tersebut kemudian diadaptasi menjadi sebuah ruang imajinasi bernama ruang ImersifA dan ruang teater yang ada di Museum Nasional, Jakarta.

Baca juga: Pemerintah akan revitalisasi tujuh museum Jakarta jadi bergaya digital
Baca juga: Museum Nasional resmikan ImersifA sebagai ruang imajinasi sejarah

Menurut Hilmar, ruang ImersifA merupakan sebuah ruang imajinasi sejarah yang dapat mendekatkan masyarakat dengan sejarah lewat penggunaan multimedia berupa audio visual dan menjadi pameran impresif karena memberikan pengalaman pada para pengunjung untuk menonton video kebudayaan dengan sudut 360 derajat selama 30 menit.

Sedangkan Ruang Teater Museum Nasional merupakan fitur terbaru yang dapat memperkaya pengalaman kunjungan para pengunjung, untuk mempelajari lebih dalam mengenai masa lalu bangsa dan mampu mengakomodasi sebanyak 237 penonton. Ruang itu juga dilengkapi dengan layar LED 8X4 meter juga menggunakan 7.1 surround sound system.

Walaupun penggunaan teknologi di sebuah museum tak lagi jadi inovasi baru, kata Hilmar, namun bagi Indonesia hal tersebut merupakan sebuah terobosan agar sejarah dapat menjadi lebih dekat dengan masyarakat.

Baca juga: Kemendikbudristek resmikan kembali Museum Sumpah Pemuda
Baca juga: Sempat terhenti, DKI kembali gelar pertunjukan wayang di Museum Wayang

Dia berharap apabila ruang ImersifA dapat berhasil memperkenalkan sejarah pada masyarakat, maka tak menutup kemungkinan ruang serupa hadir di museum-museum lainnya.

Hilmar berharap hadirnya teknologi khususnya audio visual di museum dapat mengajarkan anak-anak muda untuk mengedukasi diri lewat masa lalu baik kisah dalam sejarah ataupun peradaban kebudayaan.

“Harapannya tentu dengan begitu kita bisa mengajari anak-anak terutama kalangan muda. Lebih mengedukasi masa lalu kita, baik itu masa lalu yang jauh maupun katakanlah peradaban budaya yang ada di dalam mereka,” ucap dia.

Baca juga: Museum Basoeki Abdullah kembali selenggarakan kompetisi lukis
Baca juga: Pemkot Batam kumpulkan barang bersejarah dari pulau-pulau penyangga
Baca juga: Disbudpar akan gelar pameran aroma rempah di Museum Aceh

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022