Jakarta, (ANTARA News) - Penandatanganan Inpres No. 1/2006 mengenai Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 25 Januari 2006 diharapkan dapat menjadi pemicu pemanfaatan biofuel khususnya biodiesel pada sektor otomotif. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Program Manajer Mitra Emisi Bersih --LSM peduli uadara bersih-- Firdaus Cahyadi di Jakarta, Selasa (14/2). "Meskipun agak terlambat keluarnya Inpres tersebut , tentu saja merupakan kabar yang menggembirakan sekalipun muncul juga sejumlah kekhawatiran akan kemampuan Inpres tersebut menjadi pemicu pemanfaatan biofuel pada sektor otomotif," katanya. Hal itu, kata dia, adalah penting mengingat selama ini sektor otomotif sangat tergantung pada bahan bakar minyak (BBM) dan merupakan penyumbang polusi udara terbesar, setidaknya di kota sepadat Jakarta. Menurut penelitian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Institut Teknologi Bandung (ITB), pemanfaatan biodiesel dapat menurunkan beberapa jenis polutan emisi kendaraan bermotor mulai dari 23 persen sampai 90 persen. "Namun, sampai detik ini kita semua belum pernah mendengar para produsen otomotif di Indonesia merekomendasikan produknya untuk menggunakan bio-diesel," katanya. Lebih lanjut dia mengatakan otomotif di luar negeri sudah merekomendasikan produknya untuk menggunakan biodiesel. "Tapi mengapa di Indonesis susah sekali mendorong para pemilik modal di sektor otomotif untuk merekomendasikan produknya menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan," ujarnya. Menurut dia, pemerintah juga acapkali tampak lemah jika berhadapan dengan industri otomotif. Sementara itu, Kepala Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT Nadirman Haska yang ditemui di kantornya di Puspiptek Serpong mengatakan Indonesia berpotensi untuk menghasilkan biofuel melalui tanaman jarak pagar selain kelapa sawit. "Saat ini produksinya belum banyak baru sekitar 1,5 ton per hari yang berasal dari kelapa sawit karena kalau jarak pagar masih sulit mencari bahan mentahnya," katanya. Biofuel yang dikembangkan BPPT, kata dia, merupakan bahan pengganti BBM dengan komposisi 30:70. "30 persen bio-fuel dan 70 persen BBM," katanya. Saat ditanya lebih lanjut mengapa tidak digunakan 100 persen bio-fuel, dia mengatakan jika 100 persen bio-fuel maka diperlukan perubahan pada sistem mesinnya.(*)

Copyright © ANTARA 2006