Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi menguat namun berpotensi tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dengan meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif, setelah rilis data ekonomi semalam.

Rupiah bergerak naik 8 poin atau 0,06 persen ke posisi Rp14.355 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.363 per dolar AS.

"Data ekonomi AS yang dirilis semalam meningkatkan ekspektasi pelaku pasar bahwa Bank Sentral AS, The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dengan agresif tahun ini," kata analis pasar uang Ariston Tjendra kepada Antara di Jakarta, Jumat.

Data ekonomi yang dimaksud adalah Indeks Harga Belanja Personal (PCE) yang merupakan data yang mengukur tingkat inflasi harga konsumsi.

Indeks PCE masih menunjukkan kenaikan sekitar 0,4 persen, sehingga meningkatkan ekspektasi pelaku pasar akan kenaikan suku bunga acuan Fed yang agresif.

Investor akan melihat laporan pekerjaan yang dirilis pada malam ini, yakni data pekerja non pertanian dan pegawai pemerintah atau non farm payroll (NFP) untuk konfirmasi lebih lanjut tentang kekuatan pasar tenaga kerja dan wawasan tentang kemungkinan jalur kebijakan moneter oleh bank sentral AS.

Selain itu, lanjut Ariston, invasi Rusia ke Ukraina masih berlanjut dan meningkatkan risiko inflasi karena naiknya harga-harga komoditas, termasuk energi dan pangan.

"Perekonomian global termasuk Indonesia bisa tertekan karena inflasi," ungkapnya.

Hari ini, ia pun memperkirakan Rupiah berpotensi tertekan ke arah Rp14.400 per dolar AS, dengan potensi dukungan di kisaran Rp14.350 per dolar AS.

Pada Kamis (31/3) lalu, rupiah ditutup melemah 19 poin atau 0,14 persen ke level Rp14.363 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.344 per dolar AS.

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022