Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia terus mendorong adanya inovasi dalam implementasi praktik sawit berkelanjutan, dimana salah satunya dengan pola intensifikasi sebagai tumpuan untuk meningkatkan produktivitas dibandingkan melakukan perluasan lahan (ekstensifikasi).

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Musdhalifah Machmud, mengatakan pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 44 tahun 2020 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesia Sustainable Palm Oil/ISPO) sebagai bagian tanggung jawab nasional, bukan hanya tanggung jawab satu institusi/ lembaga, untuk menjaga sawit Indonesia.

Industri sawit Indonesia, lanjutnya di Jakarta, Jumat, perlu dikelola dengan memperhatikan aspek sosial, ekonomi serta lingkungan yang perlu dijaga keberlanjutannya dari generasi ke generasi.

"Dengan terbitnya ISPO menjadi bukti Indonesia menjalankan sustainability dengan menunjukkan komitmennya melalui ISPO sebagai standar sustainability,” ujarnya.

Saat memberikan pidato kunci dalam webinar bertemakan "Inovasi Sebagai Kunci Tata Kelola Sawit Inklusif dan Ramah Lingkungan", Musdhalifah mengatakan kegiatan intensifikasi telah berjalan melalui program PSR (Peremajaan Sawit Rakyat) dengan menggunakan benih sawit unggul.

"Selain itu, kegiatan peremajaan sawit ini juga menerapkan Good Agriculture Practices di perkebunan sawit terutama oleh petani," ujar Doktor Lulusan IPB University ini.

Sementara itu Koordinator Tim Sekretariat Komite ISPO Herdrajat Natawijaya menjelaskan bahwa Indonesia memiliki komitmen dalam pembangunan berkelanjutan yang mengacu pada UU Nomor 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

"Implementasi sertifikasi ISPO merupakan upaya pemerintah dalam menuju pembangunan berkelanjutan," katanya.

Sertifikasi ISPO memiliki tiga tujuan yaitu memastikan dan meningkatkan pengelolaan serta pengembangan perkebunan kelapa sawit sesuai prinsip dan kriteria ISPO, meningkatkan keberterimaan dan daya saing hasil perkebunan kelapa sawit Indonesia di pasar nasional dan internasional, dan meningkatkan upaya percepatan penurunan emisi gas rumah kaca.

Ketua Forum Petani Sawit Berkelanjutan Indonesia (FORTASBI) Narno menjelaskan bahwa petani membutuhkan dukungan semua pihak dalam upaya pelaksanaan sertifikasi sawit berkelanjutan.

Ada sejumlah program mendukung petani dalam sertifikasi ISPO dan RSPO yaitu Integrasi Sertifikasi RSPO dan ISPO dalam 3 tahun mendatang, semua anggota FORTASBI akan didorong terlibat dalam ISPO,selanjutnya FORTASBI akan kontribusi 9000 petani untuk ISPO.

Menurut dia, sertifikasi sawit berkelanjutan memberikan empat manfaat antara lain meminimalisir biaya pengelolaan kebun, hasil produksi cenderung meningkat, mendapatkan penambahan hasil dari kredit (premium) untuk jangka waktu tertentu, dan memiliki rencana replanting.

Head of Sustainable & Responsible Business Syngenta Asia Pacific, Cindy Lim mengatakan pihaknya sangat mendukung kerjasama dan kolaborasi antar pihak untuk mencapai tujuan kelapa sawit berkelanjutan.

Baca juga: ICCO-Kemendagri bekerja sama wujudkan pembangunan sawit berkelanjutan

Baca juga: Airlangga : riset dukung pembangunan kelapa sawit berkelanjutan

Pewarta: Subagyo
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022