Depok (ANTARA) - Mahasiswa Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) membawa pulang gelar juara umum dalam EUREKA ITB 2022 (kategori olimpiade perguruan tinggi).

Dekan FMIPA UI Dede Djuhana, Ph.D. dalam keterangannya di Depok, Jumat, mengaku bangga dan memberi apresiasi kepada para pembimbing dan ketiga mahasiswanya atas capaian yang telah diraih.

“Alhamdulillah, hasilnya optimal. Kami sangat apresiasi terutama untuk para mahasiswa, dosen pembimbing, juga pihak-pihak terkait, baik keluarga maupun pendamping yang telah bersama-sama memberi dorongan dan semangat untuk sampai pada perolehan juara umum ini,” ujar Dekan FMIPA UI itu.

Baca juga: FMIPA UI usulkan empat prodi masuk akreditasi internasional

Ia mengatakan bahwa persiapan matang, kerja keras, dan peran serta pembimbing, ditambah dukungan pihak-pihak terkait lainnya merupakan kunci keberhasilan yang mengantarkan FMIPA UI mencapai gelar juara umum.

EUREKA ITB adalah kegiatan tahunan tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Badan Semi Otonom EUREKA ITB di bawah Himpunan Mahasiswa Fisika ITB sejak tahun 2016. Merujuk pada tema besar "Physics: Creative Ways to Deal with Current Issues", materi yang dikompetisikan terdiri atas Mekanika Klasik, Medan Elektromagnetik, Fisika Kuantum, Fisika Statistik, dan Getaran dan Gelombang.

Gelar juara umum diperoleh setelah FMIPA UI unggul atas tuan rumah melalui perolehan 3 (tiga) gelar juara, yakni Juara 1 atas nama Ahmad Arsy, disusul oleh M. 'Anin Nabail 'Azhiim sebagai juara 2, dan Faris Ramadhantyo Darmawan pada peringkat 5.

Dua kontingen lainnya, yaitu M Fauzan Syahbana dan Jovan Alfian Djaja berhasil mencapai tahap semifinal.

Langkah manis ketiganya tak lepas dari bimbingan M. Aziz Majidi, Ph.D., yang dibantu oleh Dr Adam Badra Cahaya, dosen FMIPA UI dengan kepakaran Fisika Teoretik Materi Terkondensasi.

Di bawah arahan dosen pembimbing, kontingen mahasiswa FMIPA UI berlatih dan mempersiapkan dengan baik untuk dapat menyelesaikan permasalahan fisika yang menantang logika dan menguji kerunutan pola pikir.

“Hal ini penting, karena pada babak final, peserta ditantang untuk mengerjakan masalah terbuka, melakukan studi kasus, untuk membuktikan kemampuannya dalam mengaplikasikan ilmu fisika pada kehidupan,” kata Dr. Aziz.

Masalah terbuka pada final tersebut juga diakui anggota tim UI Arsy menjadi tantangan paling sulit. Menurutnya, untuk open problem tiap individu peserta dituntut mengeksplorasi kemampuan berpikir kritis guna menghasilkan gagasan baru sebagai solusi dalam pemecahan suatu masalah.

Baca juga: FMIPA UI lakukan terobosan agar sains disenangi masyarakat

Baca juga: Akademisi UI gelar Autiscare Edusains


“Jadi pada soalnya peserta diminta meninjau dua metode penyimpanan Qubit. Metode 1 qubit disimpan menggunakan gabungan medan listrik dan magnet statis, sedangkan metode 2 menggunakan medan listrik bergantung waktu saja.

Dari kedua metode tersebut, diminta dipertimbangkan pergerakan partikel, kestabilan, beserta syarat nilai k pada potensialnya. Terdapat dua cara untuk meninjau persoalan ini, yaitu secara Klasik maupun secara Kuantum,” ujar Arsy terkait tantangan tahap final.

Gagasan tersebut, kata Arsy, selanjutnya dipaparkan kepada tim juri melalui materi presentasi. “Selanjutnya, setiap peserta harus menyajikan jawabannya di hadapan para dewan juri dengan cara presentasi,” ujarnya lagi.

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022