Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu menilai Purchasing Managers’ Index (PMI) Maret 2022 yang tercatat menguat dari 51,2 pada Februari menjadi 51,3 menggambarkan adanya pemulihan yang terus berlanjut.

“Tren positif ini tidak terlepas dari upaya pengendalian pandemi, termasuk vaksinasi. Pemulihan yang terus menguat ini akan kami jaga, tentunya dengan dukungan masyarakat sambil tetap berhati-hati dan waspada dengan dinamika yang saat ini terjadi," ungkap Febrio dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Menurut dia, kerja sama pemerintah dan masyarakat yang keras terus membuahkan hasil nyata, terlihat dari tingkat pengendalian pandemi yang semakin membaik tercermin dari tingkat kasus harian rata- rata yang menurun cepat dengan tingkat hunian rumah sakit yang rendah dan vaksinasi yang semakin tinggi.

Baca juga: Kemenperin: PMI Manufaktur RI ekspansif, lampaui Korsel dan Rusia

Namun selain dinamika pandemi, kata dia, ekonomi Indonesia juga dihadapkan pada sejumlah tantangan global yang terus diantisipasi dan diredam dengan berbagai kebijakan agar berdampak terbatas ke ekonomi domestik.

"APBN telah dan akan terus hadir bagi masyarakat karena belanja perlindungan sosial efektif menurunkan kemiskinan dan tetap menjadi shock absorber di tengah berbagai risiko yang dihadapi perekonomian," ujarnya.

Hingga 25 Maret 2022, APBN di antaranya telah mengeluarkan anggaran sebesar Rp 22,6 triliun dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang dipergunakan untuk kesehatan, perlindungan sosial, dan pemulihan dunia usaha.

Febrio berpendapat perbaikan PMI Manufaktur Indonesia ini terjadi di tengah beragam dinamika ekonomi dunia.

Baca juga: G20 Indonesia berupaya perluas pusat manufaktur-riset kesehatan global

Adapun PMI Manufaktur di beberapa negara mengalami kontraksi di bulan Maret, seperti Tiongkok sebesar 48,1 turun dari 50,4 dan Malaysia sebesar 49,6 dari 50,9.

Sementara sejumlah negara lainnya mengalami perlambatan meskipun masih di zona ekspansif, yakni Korea Selatan sebesar 51,2 turun dari 53,8, serta Thailand 51,8 turun dari 52,5, sedangkan negara yang mengalami penguatan adalah Filipina yakni naik ke 53,2 karena penurunan kasus COVID-19.

Oleh sebab itu, ia berharap penurunan kasus COVID-19 di Indonesia yang lebih cepat saat ini bisa semakin meningkatkan ekspansi sektor manufaktur ke depan.

Baca juga: BI terus dukung pengembangan manufaktur dan hilirisasi industri

Baca juga: Menperin: Insentif PPnBM DTP terbukti dongkrak pertumbuhan manufaktur

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022