Surabaya (ANTARA News) - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya sebagai perguruan tinggi teknik juga mampu mengukir prestasi seni berskala internasional di Italia pada 6-9 Oktober 2011.

"Saat Tim PSM (paduan suara mahasiswa) berangkat ke Italia untuk mengikuti `Rimini International Choral Competition`, saya sedang bertemu Wapres, lalu saya cerita soal itu dan Wapres mengomentari ternyata ITS itu bukan hanya teknik," kata Rektor ITS Surabaya Prof Dr Triyogi Yuwono DEA saat menyambut Tim PSM ITS di Rektorat ITS, Sabtu.

Dalam kompetisi seni yang diikuti 29 dari 17 negara di kawasan Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika itu, tim PSM ITS meraih tiga prestasi yakni nilai tertinggi untuk kategori lagu daerah, peringkat ketiga untuk kategori lagu klasik, dan "the best conductor" atas nama Budi Susanto Yohanes.

Dalam waktu yang hampir bersamaan, para mahasiswa ITS juga meraih prestasi dalam Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (GemasTIK) sebagai juara umum dan juga berhasil menyabet gelar juara dalam Festival Animasi Tingkat Nasional Kelompok Mahasiswa (Edunimasi) 2011 di Bali.

Di hadapan 40 anggota Tim PSM ITS dan Pembina PSM Bambang Sumadiono (dosen Jurusan Arsitektur) serta anggota tim Gemastik dan tim Edunimasi ITS yang juga menjadi juara, ia mengaku senang berada di antara para "bintang" ITS.

"Saya kira, hal penting bukan juara itu sendiri, melainkan proses menjadi juara itu, karena saya tahu rekan-rekan mahasiswa itu berjuang, berlatih, dan mencari sponsor sendiri, sehingga tranfer proses kehidupan hingga menjadi juara itu justru lebih penting. Kalau akhirnya menjadi juara, saya kira itu bonus membanggakan," katanya.

Dalam kesempatan itu, Pembina PSM Bambang Sumadiono mengaku tidak punya target dalam kompetisi seni di Italia itu, karena ITS hanya mengikuti dua dari empat kategori, karena itu juara umum akhirnya diraih tim Afrika Selatan.

"Tapi, kami bangga, karena adik-adik mahasiswa cukup solid di Italia, sehingga mampu mengukir prestasi dengan meraih Golden Diploma level I dengan nilai 85,40 (kategori lagu klasik), Golden Diploma level II dengan nilai 94,6 (kategori lagu daerah) dan the best conductor," katanya.

Senada dengan itu, peraih "the best conductor" Budi Susanto Yohanes mengaku pihaknya hanya meraih level II untuk lagu-lagu klasik, karena tim ITS harus melantunkan lagu klasik dari Jerman.

"Secara ekpresif dan musikalitas, kita diunggulkan, tapi kita tidak menguasai lagu berbahasa Jerman secara teknik artikulasi, apalagi ada empat lagu klasik, yakni Zion Spricht `Der Her Hat Mich Verlasen` karya JH Schein, `Nachtwache II` karya JS Brahms, `Sleep` karya Eric Whitacre, dan `Veniki` karya F. Rubstov," katanya.

Namun, katanya, PSM ITS unggul untuk lagu daerah, meski harus melantunkan empat lagu daerah. Empat lagu daerah yang dipilih adalah Ugo-ugo (Banyuwangi), Luk Luk Lumbu (Banyuwangi), Tardigadingdangdo (Batak), dan Ma Rencong Rencong (Bugis).

"Untuk lagu daerah, kita unggul dalam ekspresi atau pembawaan dengan lagu Bugis sebagai unggulan, bahkan kami juga mengenakan pakaian adat Bugis serta membawa alat musik tradisional seperti gendang dan rebana," katanya.

Sebelumnya, Tim PSM ITS juga berhasil menggondol dua emas di `Busan Choral Festival and Competition` (Korsel), sehingga keberhasilan di Italia merupakan prestasi kedua dalam skala internasional, sedangkan dalam skala nasional dan regional justru lebih banyak lagi.

(E011/F002)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011