Samarinda (ANTARA News) - Anggota Komite Eksekutif PSSI Erwin Dwi Budiawan mempertanyakan pernyataan komite kompetisi PSSI, Sihar Sitorus, yang telah memberikan peringatan kepada 14 klub terkait kesediaannya mengikuti Liga Primer Indonesia (LPI).

"Ini pernyataan dia sebagai pribadi atau mewakili Komite Eksekutif PSSI, karena saya sendiri sebagai anggota tidak pernah melakukan pleno terkait keputusan tersebut," kata Erwin di Samarinda, Minggu (16/10).

Menurut Erwin, dalam keputusan apapun terkait kebijakan yang diputuskan oleh PSSI secara kelembagaan, berdasarkan aturan baik Statuta PSSI maupun FIFA harus melalui rapat pleno anggota Komite Eksekutif, sebagai perwakilan suara para anggotanya.

Apalagi, lanjut Erwin, pernyataan komite kompetisi itu bentuknya suatu ultimatum, yang diembel-embeli sanksi bila 14 klub yang dimaksud tidak memberikan respons terhadap keputusan yang diedarkan.

"Kalau organisasi tidak pernah mengakui aturan organisasinya, maka jadi seenaknya sendiri sesuai dengan kehendak hatinya," jelas Erwin.

Karena, Erwin menangkap kesan pernyataan komite kompetisi itu terlalu memaksakan klub, seolah-olah komite kompetisi punya kekuasaan yang mutlak dan bisa mengatur semua klub sesuai dengan kehendak hatinya.

"Padahal ada aturan yang harus dilalui oleh komite kompetisi sebagai bagian perangkat dari PSSI," jelas Erwin.

Erwin mengibaratkan exco PSSI seperti lembaga legislatif DPR dalam pemerintahan, yang sama-sama dipilih oleh anggotanya demi kepentingan untuk menyalurkan aspirasi sesuai dengan landasan aturan organisasi.

"Sudah ada pelajaran berharga pada rapat manager meeting beberapa waktu lalu dimana exco diusir oleh klub yang notabene merupakan anggota dan punya suara di PSSI, seharusnya mereka punya pertimbangan dan tidak asal mengambil keputusan," jelas Erwin.

Menurut Erwin yang punya otoritas tertinggi pada organisasi PSSI adalah anggotanya, oleh karena itu sudah sepantasnya suara para anggota PSSI ini yang diakomodir dan menjadi prioritas pengurus PSSI dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

"Kita ambil contah FIFA sebagai organisasi tertinggi sepak bola saja masih berlaku bijak setiap penanganan kasus yang dilakukan oleh para anggota, dan seharusnya ini yang menjadi contoh kepengurusan saat ini, supaya semua persoalan bisa terselesaikan dengan sebaik-baiknya," tegas Erwin mengakhiri. (RMT/A041)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011