Smart city juga harus bisa menumbuhkan ekonomi, karena memang sudah ada investasi di lingkungan smart city
Jakarta (ANTARA) - Pengembang Sinar Mas Land menyatakan penerapan konsep kota cerdas atau smart city harus dapat membangun sebuah perkotaan yang tujuannya tidak hanya meningkatkan keeratan sosial dan kelestarian lingkungan, tetapi juga membantu pertumbuhan ekonomi.

"Smart city juga harus bisa menumbuhkan ekonomi, karena memang sudah ada investasi di lingkungan smart city," kata Chief Digital Tech Ecosystem and Development Sinar Mas Land, Irawan Harahap, dalam acara Indonesia Data and Economic Conference (IDE) Katadata 2022 bertajuk "Building Digital City" di Jakarta, Selasa.

Menurut Irawan, pihaknya telah turut mendorong terciptanya kota cerdas di Indonesia yang membangun baik secara sosial, ekonomi, maupun aspek lingkungan.

Terkait sosial, kata Irawan, pengembang perkotaan harus melihat dan memperhatikan penduduk yang tinggal dan pengunjung yang datang ke calon daerah kawasan kota cerdas tersebut.

"Sehingga, saat kota pintar tersebut terwujud, baik penduduk maupun pengunjung dapat melakukan aktivitas sosial dengan nyaman, berkolaborasi, serta bersinergi," katanya.

Irawan menuturkan, dalam membangun kota cerdas, pengembang juga harus memperhatikan lingkungan sekitar. Dalam pembangunan BSD City yang diinisiasi oleh Sinar Mas Land misalnya, kawasan yang berada di Tangerang Selatan tersebut hanya memiliki 35 persen area pembangunan, sedangkan luas kawasan jalan dan hijau mencapai 65 persen.

Dengan banyaknya kawasan hijau tersebut, ujar dia, diharapkan dapat mewujudkan kota berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hidup orang-orang yang tinggal di dalamnya.

Kemudian, lanjut Irawan, untuk mendukung pembangunan kota cerdas, pengembang juga harus melakukan strategi yang tepat mulai dari membangun SDM atau menemukan orang-orang berbakat untuk mengembangkan kota pintar, memperkuat sisi infrastruktur seperti serat optik untuk internet, air dan listrik, hingga konektivitas area pejalan kaki.

Namun demikian, Irawan menegaskan bahwa dalam mengembangkan sebuah kota cerdas tidak bisa hanya dilakukan sendiri oleh pengembang swasta, melainkan harus dilakukan bersama-sama dengan berbagai pihak, terutama pengembang teknologi.

"Untuk membangun infrastruktur smart city itu nggak murah, jadi kita perlu mitra untuk berkolaborasi, bagaimana cara memonetisasinya. Lalu, ketika kita membangun smart city seperti green initiative, kita perlu dukungan pemerintah. Sekarang kan sudah ada obligasi hijau dan insentif pajak," katanya.

Terkait konsep kota cerdas, sebelumnya Institut Teknologi Bandung (ITB) mengusulkan solusi Living Lab untuk pengembangan Smart City yang diajukan dalam ringkasan kebijaksanaan dalam pertemuan negara G20.

"Living Lab adalah area terbatas dari sebuah kota yang dapat dikendalikan dan dapat diawasi untuk menguji sebuah solusi dan melakukan penyesuaian variabel- variabel penting," ujar Rektor ITB Reini Wirahadikusumah.

Pusat penelitian ini diharapkan mengundang semua pihak, pemerintah, industri, dan siapapun yang ingin bergabung dalam upaya untuk meningkatkan pendekatan yang dilakukan Living Lab.

Dengan pengalaman yang telah dikumpulkan lebih dari setengah abad, ITB berkomitmen untuk dapat terus berkontribusi bagi Indonesia terutama dalam hal pengembangan kota- kota yang mampu membantu proses transformasi digital lebih optimal.

Baca juga: Pembangunan IKN akan padukan konsep kota hutan dan kota cerdas
Baca juga: Pemda didorong kembangkan infrastruktur kota cerdas dan berkelanjutan
Baca juga: BRIN: 'Smart City' harus pintar ciptakan peluang

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022