Jakarta (ANTARA) - Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Aljufri mengatakan para elit politik Indonesia harus belajar dari ulama sekaligus pejuang kemerdekaan RI Mohammad Natsir dalam mencari titik temu kebangsaan di tengah tantangan dan ancaman disintegrasi nasional.

"Mohammad Natsir sebagai tokoh pemersatu bangsa yang mengembalikan wilayah-wilayah Indonesia Serikat bentukan Belanda ke pangkuan NKRI. Elit politik hari ini harus belajar dari Mohammad Natsir bagaimana mencari titik temu kebangsaan di tengah tantangan dan ancaman disintegrasi nasional," kata Salim Segaf dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan hal itu di acara Mimbar Demokrasi dan Kebangsaan Edisi Spesial Peringatan Mosi Integral Mohammad Natsir 3 April 1950, dengan tema "Spirit Transformasi dan Kolaborasi Dalam Menjaga Integrasi Nasional", Senin (4/4).

Dia menyebutkan empat pelajaran penting dari sosok Mohammad Natsir. Pertama, elit politik perlu memiliki jiwa dan pemikiran besar untuk Indonesia, selain juga harus visioner dan melampaui problematika bangsa, katanya.

Kedua, lanjutnya, kejelian Mohammad Natsir dalam menemukan dan membangun titik temu kebangsaan harus dipelajari.

"Beliau adalah seorang tokoh politik yang cerdas, santun dan elegan, pandai berkomunikasi, dan jago lobi dalam urusan-urusan kebangsaan, sehingga mampu menyatukan NKRI dengan Mosi Integralnya," menurutnya.

Natsir merupakan tokoh Partai Islam Masyumi yang menegaskan tidak ada dikotomi, bahkan tidak ada jarak, antara agama dan nasionalisme. Menurutnya, menjadi nasionalis bagi Natsir berarti harus agamais; dan sebaliknya, menjadi agamais berarti harus nasionalis, tidak ada perdebatan.

Ketiga, menurut Salim, Mohammad Natsir mempraktikkan politik adiluhung atau high politic, bukan politik pragmatis, apalagi oportunis.

"Siapa pun kita, terutama pejabat publik dari partai dan golongan mana pun, tampilkan politik yang menjunjung tinggi etika dan moralitas yang berlandaskan Pancasila dan Konstitusi UUD 1945. Sifat-sifat ambisius dan oportunistis dalam berpolitik akan merusak demokrasi dan menghancurkan kohesi sosial dan integrasi nasional kita," katanya.

Keempat, menurut mantan Dubes RI di Arab Saudi itu, Mohammad Natsir adalah tokoh yang mencontohkan semangat transformasi dan kolaborasi dalam membangun bangsa.

Indonesia perlu pemimpin negarawan, yang taat konstitusi dan Pancasila, aktif membangun kohesi sosial, aktif melakukan transformasi dan kolaborasi dengan seluruh elemen bangsa, memiliki rasa empati dan kepedulian, serta terus menggalang solidaritas sosial nasional, katanya.

Sementara itu, Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini mengatakan pihaknya secara rutin menggelar peringatan Mosi Integral Mohammad Natsir setiap tahun, yang bertujuan untuk menghormati jasa Mohammad Natsir sebagai pahlawan NKRI.

Selain itu, peringatan tersebut menyambung mata rantai sejarah agar tidak terputus, sehingga generasi bangsa memiliki komitmen kuat untuk menjaga integrasi nasional.

Baca juga: 111 tahun Pak Natsir, Menteri berkemeja tambalan

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022