Mogadishu (ANTARA News) - Gerilyawan Al-Shabaab Somalia hari Senin membantah tuduhan Kenya bahwa mereka mendalangi sejumlah penculikan warga asing di negara tersebut akhir-akhir ini.

"Harakat Al-Shabaab Al-Mujahidin dengan ini membantah tegas semua tuduhan mengenai penculikan wisatawan dan pekerja bantuan dari dalam wilayah Kenya," kata kelompok gerilya muslim garis keras itu dalam sebuah pernyataan, lapor AFP.

"Tuduhan yang dilontarkan pemerintah Kenya mengenai penculikan akhir-akhir ini tidak berdasar dan... tidak didukung bukti-bukti yang membenarkan. Itu tidak dilakukan oleh Harakat Al-Shabaab Al-Mujahidin" kata kelompok itu.

Kenya hari Minggu menyatakan mengirim pasukan dan tank ke Kenya "untuk memburu Al-Shabaab, yang bertanggung jawab atas penculikan dan serangan di negara kami".

Al-Shabaab menuduh pemerintah Kenya menggunakan isu penculikan sebagai dalih untuk melakukan penyerbuan ke Somalia.

Pernyataan Al-Shaabaab itu juga memperbarui seruan yang disampaikan sebelumnya pada hari itu oleh soerang pejabat kelompok itu kepada masyarakat Kenya.

"Kami mendesak penduduk Kenya untuk memikirkan keselamatan dan kehidupan mereka dan mendesak pemerintah mereka segera menarik pasukan dari Somalia," katanya.

"Jangan biarkan api perang menjalar ke negara kalian, karena bisa merusak keamanan dan stabilitas yang kalian nikmati selama bertahun-tahun. Jangan percayakan nasib kalian dan nasib negara kalian pada sejumlah politikus penghasut perang. Pemerintah milik kalian dan pilihan ada di tangan kalian," kata Al-Shabaab dalam pernyataan itu.

Dalam waktu kurang dari sebulan, seorang wanita Inggris dan seorang wanita Prancis diculik dari kawasan wisata pantai Kenya dalam dua insiden terpisah, yang merupakan pukulan besar bagi industri pariwisata di Kenya.

Kamis, dua wanita pekerja bantuan asal Spanyol diculik dari kamp pengungsi Dadaab, Kenya, kamp terbesar di dunia yang menjadi tempat bagi sekitar 450.000 pengungsi yang sebagian besar orang Somalia yang menyelamatkan diri dari kekeringan, kelaparan dan perang.

Penculikan-penculikan itu juga diyakini dilakukan oleh Al-Shabaab Somalia. Belum ada tuntutan yang diumumkan oleh penculik bagi pembasan para sandera itu.

Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.

Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.

Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.

Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.

Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaida.

Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaida pimpinan Osama bin Laden.

Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.

Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.

Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011