Jakarta (ANTARA) -
Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri mengajak kalangan cendekiawan dan akademisi Indonesia untuk tetap bersemangat membangun Indonesia secara maksimal dengan menggunakan sumber daya sendiri.

"Untuk Indonesia Raya, bukan untuk siapa-siapa. Coba pikir untuk apa kita pintar? Untuk melihat hal-hal ini. Jadi mari bangun Indonesia Ini," kata Megawati dalam kuliah umum "Geopolitik Soekarno dan Tata Dunia Baru" yang diselenggarakan secara hybrid oleh Universitas Pertahanan, Selasa.

Terkait dengan geopolitik, dia juga mengajak semua pihak menyelami cara berpikir para bapak bangsa, salah satunya Presiden pertama RI Soekarno. Dari situ, tambahnya, gepolitik Indonesia dipahami sebagai kondisi serta potensi geografis yang berada di antara dua benua dan dua samudera.

"Sehingga disebut Zamrud Khatulistiwa. Kekayaannya sangat luar biasa. Apa yang yang di Indonesia itu tidak ada? Karena apa ini penting? Saya ingin men-trigger (memacu)," tambahnya.

Baca juga: Megawati: Perempuan bertanggung jawab atas terjadinya kekerdilan anak

Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu juga mengajak audiens untuk mengingat betapa kemerdekaan Indonesia bukan hal yang mudah dan berharga mahal. Dia juga mengajak peserta kuliah umum itu meneriakkan "Salam Merdeka", "Salam Bela Negara", dan "Salam Pancasila".

Dengan Indonesia merdeka, katanya, setiap warga negara juga harus selalu memahami dan menghidupi betapa pentingnya Pancasila dan UUD 1945.

Dia mengatakan kekayaan sumber daya alam Indonesia sangat luar biasa, apalagi sumber daya manusianya yang hidup bergotong royong sesuai intisari Pancasila.

"Sehingga tak mengherankan kalau Indonesia mampu melewati krisis 1998 dengan baik. Begitu pun saat pandemi COVID-19 dilewati dengan baik berkat kegotongroyongan rakyat," ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, Megawati juga menyinggung soal pentingnya Indonesia memberi perhatian pada petani dan masalah pangan. Menurutnya, dengan ancaman perubahan iklim global, maka potensi perang ke depan adalah soal makanan.

Baca juga: Megawati sebut pernyataannya soal polemik minyak goreng dipolitisasi

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022