Jakarta (ANTARA News) - Setelah melalui serangkaian prosesi pernikahan yang cukup panjang, Gusti Kanjeng Ratu Nurastuti Wijareni dan Kanjeng Pangeran Harya Yudanegara resmi menikah.

Akad nikah langsung dilakukan Sri Sultan Hamengku Buwono X di Masjid Panepen Kraton Ngayogyakarto pada pukul 07.10 WIB.

Sultan sendiri sudah berada di dalam Masjid Panepen sebelum akad itu diikrarkan. Sultan mengenakan busana motif kembang warna hijau dan hitam, dengan kain batik serta blangkon motif trumtum.

KPH Yudanegara tiba di Masjid Panepen didampingi KGPH Hadiwinoto, GBPH Prabukusumo dan KPH Wironegara.

Yudanegara mengenakan busana warna putih dengan kain motif trumtum, sedangkan para abdi dalem Kaji (penghulu) dipimpin Kanjeng raden Penghulu Dipodiningrat tiba lebih dulu sebelum pengantin datang.

Setelah semua siap, Sultan memerintahkan Kanjeng Raden Penghulu untuk memulai khutbah nikah. "Kanjeng Raden Penghulu miwiti caos khutbah nikah," pinta Sultan.

Usai akad nikah pada pukul 10.00 WIB akan digelar prosesi panggih yang mempertemukan KPH Yudanegara dengan GKR Bendara di Bangsal Kencana.

Prosesi "pangih" pengantin diawali dengan tari "edan-edanan" yang dibawakan tiga penari sebagai simbol tolak bala diiringi rombongan abdi dalem Keparak yang membawa kembar mayang dan pisang sanggan.

Selanjutnya, pengantin putra KPH Yudanegara didampingi GBPH Suryodiningrat dan GBPH Suryomentaram datang di Bangsal Kencana dari Kasatriyan. Mereka diiringi KGPH Hadiwinoto, GBPH Prabukusumo, dan GBPH Yudhaningrat.

Pengantin putra berbusana Paes Ageng dengan kuluk (topi) putih bersama pendamping berdiri di emper Bangsal Kencana menunggu kehadiran pengantin putri GKR Bendara dari Sekar Kedhaton.

Beberapa saat kemudian pengantin putri yang berbusana Paes Agneg dengan sanggul dihias untaian melati dan bunga hadir didampingi BRAy Suryodiningrat dan BRAy Suryomentaram diiringi GKR Pembayun, GKR Condro Kirono, GKR Maduretno, dan GRAj Nur Abra Juwita.

Upacara "panggih" dimulai dengan lempar sirih. Pengantin putra dan putri saling melempar sirih sebagai simbol bersatunya hati.

Prosesi dilanjutkan dengan pengantin putri GKR Bendara membasuh kaki pengantin putra KPH Yudanegara sebagai simbol kesetiaan seorang istri kepada suami.

Selanjutnya prosesi "pondongan", pengantin putra KPH Yudanegara dibantu GBPH Suryodonindrat "memondong" pengantin putri GKR Bendara sebagai wujud tanggung jawab suami kepada istri.

Setelah "pondongan", pengantin putri dan putra kemudian berjalan menuju pelaminan di Tratag Bangsal Prabayeksa diiringi Sultan dan GKR Hemas serta orang tua KPH Yudanegara untuk menerima ucapan selamat dari para tamu.


Ucapan selamat

Presiden SBY dan Ibu Ani Yudhoyono yang pertama kali memberikan ucapan selamat kepada pengantin dan orang tuanya, dilanjutkan dengan foto bersama. Selanjutnya, Presiden SBY dan Ibu Ani meninggalkan keraton.

Ucapan selamat selanjutnya disampaikan Wapres Boediono dan Ibu Herawati. Sebelum Wapres Boediono dan Ibu Herawati meninggalkan keraton juga dilakukan foto bersama pengantin dan orang tuanya.

Bangsal Kencana yang digunakan untuk proses "panggih" tampak semarak dengan berbagai hiasan kain berwarna oranye, merah, dan putih serta janur hias di sejumlah sudut. Suasana bertambah semarak dan meriah dengan alunan gending dari gamelan yang ditabuh para niyaga.

Selain Presiden dan Wapres, juga tampak hadir mantan Wapres HM. Jusuf Kalla, mantan Wapres Hamzah Haz, istri mantan Presiden almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Sinta Nuriyah, Ketua DPR Marzuki Alie, sejumlah menteri, mantan menteri, anggota MPR, DPR, dan DPD.

Menurut Koordinator Penyelenggara Pernikahan GKR Bendara-KPH Yudanegara, KRT Yudahadiningrat, gending Monggang merupakan alunan lagu tradisional yang dibunyikan khusus untuk menyambut tamu istimewa Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

"Presiden SBY dan Ibu Ani merupakan tamu istimewa Sultan sehingga disambut dengan alunan gending Monggang sebagai bentuk penghormatan tuan rumah kepada tamu," katanya.

Setelah "panggih", prosesi pernikahan GKR Bendara dengan KPH Yudanegara akan dilanjutkan dengan kirab pengantin dan resepsi pernikahan di Kepatihan. (B015*H010/R022)

Pewarta: Desy Saputra
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011