Setiap tahun, antara 19 hingga 23 juta metrik ton sampah plastik berakhir di sistem perairan dunia, menurut penelitian.
Jakarta (ANTARA) - Pencemaran plastik di wilayah Arktik telah mencapai "tingkat mengkhawatirkan," demikian menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh Institut Alfred Wegener di Pusat Penelitian Kutub dan Kelautan Helmholtz (AWI), Jerman, pada Selasa (5/4).

"Banjir plastik" yang terbawa melalui sungai, udara, dan aktivitas pengiriman via laut telah mencapai seluruh wilayah Arktik, menurut penelitian tersebut. Kandungan mikroplastik yang tinggi dapat ditemukan di air, dasar laut, pantai-pantai terpencil, sungai dan bahkan di es dan salju.
 
Patung-patung yang terbuat dari sampah plastik yang dikumpulkan di sepanjang garis pantai dipamerkan di Pantai Kitsilano di Vancouver, British Columbia, Kanada, pada 6 Juni 2021. (Xinhua/Liang Sen)Para sukarelawan berenang untuk memungut sampah plastik dalam Marine Debris Festival (Festival Sampah Laut) yang diadakan oleh masyarakat setempat sebagai kampanye untuk menyelamatkan pantai dari polusi plastik di Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat, pada 3 Oktober 2021. (Xinhua/Yusuf Wahil)


"Arktik masih dianggap seperti hutan belantara yang sebagian besar belum tersentuh," kata pakar AWI Melanie Bergmann. Penelitian mereka, yang dilakukan bersama rekan-rekan dari Norwegia, Kanada, dan Belanda, menunjukkan bahwa "persepsi ini tidak lagi mencerminkan kenyataan."

Setiap tahun, antara 19 hingga 23 juta metrik ton sampah plastik berakhir di sistem perairan dunia, menurut penelitian itu. Begitu berada di lautan, partikel-partikel tersebut perlahan-lahan terurai menjadi kepingan kecil, dari makro hingga mikro dan nanoplastik, dan bahkan dapat memasuki aliran darah manusia.
 
Para sukarelawan berenang untuk memungut sampah plastik dalam Marine Debris Festival (Festival Sampah Laut) yang diadakan oleh masyarakat setempat sebagai kampanye untuk menyelamatkan pantai dari polusi plastik di Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat, pada 3 Oktober 2021. (Xinhua/Yusuf Wahil


"Plastik tidak hanya menjadi beban bagi ekosistem, tetapi juga dapat memperburuk perubahan iklim," kata para peneliti memperingatkan, mengingat bahwa produksi plastik global diperkirakan akan berlipat ganda pada 2045 mendatang. 
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2022