Kabul  (ANTARANews) - Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton tiba di Kabul, Rabu, untuk dorongan diplomatik menjelang konferensi internasioal yang akan diadakan akhir tahun ini dengan tujuan mencari penyelesaian damai atas perang 10 tahun di Afghanistan.

Menurut laporan wartawan AFP, pesawat Hillary mendarat di Kabul pukul 21.15 waktu setempat (pukul 23.45 WIB), untuk kunjungan yang bertujuan membangun "gelora diplomatik" yang diumumkannya sebelumnya tahun ini, kata seorang pejabat kementerian luar negeri kepada wartawan yang mengikuti perjalanannya.

Hillary dijadwalkan bertemu dengan Presiden Afghanistan Hamid Karzai pada Kamis.

"Ia akan melanjutkan upaya diplomatik... untuk membantu peralihan Afghanistan dan mencapai penyelesaian politik," kata pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu.

Sebuah konferensi yang diikuti negara-negara kawasan itu yang akan diadakan di Istanbul pada awal November dan pertemuian internasional para menteri luar negeri di Bonn, Jerman, pada awal Desember, akan menjadi bagian dari pembahasan, katanya.

Upaya-upaya perdamaian melemah bulan lalu dengan pembunuhan mantan presiden dan ketua perunding perdamaian Burhanuddin Rabbani, yang memimpin dewan pemerintah yang mengupayakan penyelesaian politik dengan gerilyawan.

"Rekonsiliasi pasca-Rabbani" berada dalam agenda pembicaraan, kata pejabat AS itu.

Kunjungan Hillary itu dilakukan ketika gerilyawan meningkatkan serangan terhadap aparat keamanan dan juga pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan September.

Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.

Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011