Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Universitas Indonesia dr. Ario Perbowo Putra, Sp. PD, FINASIM menyarankan agar masyarakat tidak mengabaikan penyakit komorbid terutama saat pandemi COVID-19 saat ini.

"Jika seseorang sudah tahu riwayat penyakit terdahulu dan ada obat yang biasa dikonsumsi rutin maka sudah pasti termasuk orang dengan komorbid. Sebaiknya, selalu informasikan perihal ini kepada dokter yang merawat," kata dia yang berpraktik di RS Premier Jatinegara Jakarta, itu melalui siaran pers Sequis, Kamis.

Penyakit komorbid atau penyakit penyerta dapat bersifat akut atau kronis menahun. Adanya komorbid bisa memperparah gejala atau beratnya derajat penyakit utama terutama jika penyakit komorbid tidak terkontrol dan ada gejala. Penyakit komorbid antara lain diabetes, hipertensi, kanker, penyakit ginjal dan gangguan kekebalan tubuh.

Ario mengatakan, bagi mereka yang belum mengetahui apakah memiliki komorbid atau tidak, maka sebaiknya berkonsultasi dengan dokter. Nantinya, dokter melakukan diagnosis melalui anamnesis tanda serta gejala sebelumnya dan pemeriksaan fisik.

Selain itu, ada juga beberapa pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan darah, pemeriksaan rekam jantung/elektrokardiogram(EKG), dapat juga melalui pemeriksaan pencitraan, seperti rontgen, ultrasonography, Computerized Tomography (CT) scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Jika pasien terbuka dan jujur, maka dokter dapat mengetahui sejauh mana kondisi komorbid pasien tersebut terkontrol karena kondisi komorbid pada setiap pasien berbeda. Ada pasien dengan kondisi komorbidnya stabil terkontrol dan sebagian justru kambuh.

"Jika pasien komorbid terinfeksi COVID-19 maka dokter dapat mengetahui derajat berat penyakit COVID-19 dan dapat melaksanakan tatalaksana secara menyeluruh. Jika komorbid terkontrol akan sama dengan pasien tanpa komorbid," demikian kata Ario.

Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala bermanfaat untuk mengetahui apakah Anda memiliki penyakit bawaan atau tidak sehingga jika terdapat gejala dapat segera diobati, sebelum berkembang menjadi penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Ini juga sekaligus menjadi langkah awal menjalankan hidup sehat.

Baca juga: IDAI: Anak dengan penyakit penyerta lebih berisiko alami perburukan

Baca juga: Kondisi stabil syarat pasien sakit jantung dapatkan vaksinasi COVID-19

Baca juga: Bolehkah anak dengan penyakit komorbid belajar tatap muka di sekolah?



 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022