Kapuas Hulu (ANTARA) - Wakil Bupati (Wabup) Kapuas Hulu Kalimantan Barat Wahyudi Hidayat ternyata memiliki menu favorit untuk berbuka puasa yaitu kerupuk basah.

Kerupuk basah adalah kuliner khas Kapuas Hulu, bahannya terbuat dari daging ikan air tawar dan tepung, bentuknya bulat memanjang di tengah ada lemak ikan dan disantap dengan  sambal kacang.

"Saya suka makan kerupuk basah dan minum air putih hangat saat berbuka puasa," kata Wahyudi Hidayat, kepada ANTARA, di Putussibau Kapuas Hulu, Kamis.

Wahyudi mengaku sudah jatuh cinta dengan rasa khas kerupuk basah dengan lemak ikan di tengahnya.

Baca juga: Permintaan jajanan madumongso meningkat di Ramadhan

Baca juga: Nasi jaha takjil favorit warga Ternate


Bahkan, tidak hanya saat bulan Ramadhan, kerupuk basah sudah menjadi salah satu makanan favoritnya, sehingga selalu ada di kesehariannya.

Dia menceritakan kerupuk basah menjadi makanan khas Kapuas Hulu. Setiap tamu yang datang ke Kapuas Hulu selalu disuguhkan dengan kerupuk basah.

"Tamu-tamu dari luar pasti ketagihan makan kerupuk basah, rasanya memang enak ditambah lagi rasa sambal kacang yang menggoyangkan lidah," ucap Wahyudi.

Menurutnya, kerupuk basah mudah didapatkan hampir di setiap tempat warung kuliner selalu ada kerupuk basah, apalagi pada bulan Ramadhan.

Harga kerupuk basah bervariasi, namun rata-rata Rp10 ribu/batang (lungkung) dan tergantung bahan ikan yang digunakan.

Biasanya kerupuk basah ikan belida, berbeda harganya dengan kerupuk basah ikan toman dan tebirin atau ikan baong.

"Dari kecil memang saya suka kerupuk basah atau nama lainnya temet," ucap Wahyudi.

Dia berpesan kepada para pembuat kerupuk basah dan pedagang untuk tetap menjaga kualitas rasa kerupuk basah, sehingga rasa khas tetap terjaga dan tidak membuat konsumen kecewa.*

Baca juga: Jejak Islam di Spanyol dalam menu spesial Ramadhan

Baca juga: Dadar jiwo Palembang kuliner langka yang jadi buruan saat Ramadhan

 
Kerupuk basah, kuliner khas Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. ANTARA/Teofilusianto Timotius

Pewarta: Teofilusianto Timotius
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022