Jakarta (ANTARA) - Pelaksana Tugas Kepala Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman (PRBME) Badan Inovasi Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sandi Sufiandi menekankan G20 perlu memperhatikan keamanan privasi dan tujuan pemanfaatan bila ingin menciptakan platform bagi data genom.

“Indikator yang harus diperhatikan dari data genom adalah dari sisi privat dan tujuan pemanfaatan data, itu yang pertama,” kata Sandi saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Sandi menuturkan bahwa diusungnya platform tersebut merupakan sebuah ide yang baik karena dapat menyatukan berbagai macam pengetahuan dari seluruh dunia.

Baca juga: Menyeru G20 berkenalan dengan data genom si "blue print" kehidupan

Hanya saja, para pemimpin dunia harus benar-benar mencermati keamanan maupun tujuan dari pemanfaatan data genom karena data-data itu memuat informasi genetik yang sangat lengkap dari seluruh kehidupan makhluk hidup dan bersifat sangat rahasia.

Bila dikaitkan dengan pandemi COVID-19, sebuah data genom bahkan mampu membaca perubahan mutasi yang terjadi dengan virus dan variannya. Para peneliti juga dapat terbantu untuk membaca pergerakan dari virus tersebut.

Ketika data-data genom dikumpulkan di dalam satu platform, Sandi mengatakan seluruh pemimpin dunia harus memikirkan sebuah cara yang dapat menjamin keamanan data, cara pengolahan juga siapa saja pihak yang dapat mengaksesnya sesuai dengan etik yang ada melalui regulasi panjang.

“Data sangat berharga untuk menunjukkan penyakit-penyakit potensial, yang muncul segala macam meski masih perlu dieksplor. Tapi dari situ banyak yang bisa kita peroleh,” ucap dia.

Di sisi lain, platform yang dibuat juga harus memikirkan arah tujuan dan manfaatnya. Dalam hal tersebut, tujuan harus menuju kepada keperluan riset baik untuk terapi klinis ataupun pembuatan obat dan vaksin baru yang dapat menolong banyak nyawa manusia.

Dengan demikian, tidak ada negara yang menggunakan data genom sebagai alat untuk menyerang pihak lain ataupun terjadinya kebocoran data pada publik. Pemanfaatan data genom juga harus bisa diberikan secara adil pada para pihak yang nantinya dapat menggunakan big data tersebut agar setiap negara menjadi setara.

Sandi meminta agar G20 dapat mengajak semua negara untuk saling menghargai dan tidak membeda-bedakan diri hanya karena genetik yang dimiliki setiap orang berbeda. Semua yang dilakukan haruslah ditujukan dari manusia untuk manusia.

“Itu akan sangat bermanfaat saya yakin, hanya saja kita harus hilangkan rasa saling curiga antar sesama warga dunia, misalkan karena latar belakang atau politik. Anggaplah ini berkah yang diberikan dari yang Maha Kuasa, keanekaragaman untuk saling mengenal,” kata Sandi.

Baca juga: BRIN dan Universitas Padjajaran teliti terapi fotodinamik kanker paru

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022