Jakarta (ANTARA) - Badan Standardisasi Nasional (BSN) mendukung transisi energi berkelanjutan dalam agenda Presidensi G20 Indonesia pada 2022 dengan mendorong peningkatan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang terkait dengan energi berkelanjutan dan pemanfaatan energi bersih.

Direktur Pengembangan Standar Mekanika, Energi, Elektronika, Transportasi dan Teknologi Informasi BSN Y Kristianto Widiwardono mengatakan salah satu dukungan BSN dari sisi pengembangan SNI adalah SNI ISO 50001: 2018 Sistem Manajemen Energi.

"SNI ISO 50001: 2018 dapat membantu meningkatkan performa energi, sehingga dapat membantu perubahan iklim global dan mencapai target penghematan energi. Hal ini juga sejalan dengan target Bapak Presiden RI Joko Widodo yakni pemenuhan Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat," kata Kristianto dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Sabtu.

Manfaat yang diperoleh dari penerapan SNI ISO 50001 meliputi antara lain menghemat biaya, meningkatkan keandalan organisasi, meningkatkan produktivitas dan daya saing, mengurangi risiko karena kenaikan harga energi dan meningkatkan ketahanan terhadap pasokan energi.

Baca juga: LKPP-BSN akan sinergi pastikan produk ber-SNI masuk e-katalog

SNI tersebut juga dapat membantu organisasi atau industri dalam mengembangkan kebijakan penggunaan energi agar lebih efisien.

Selain SNI ISO 50001: 2018, untuk mendukung pengembangan energi baru dan terbarukan di Indonesia, saat ini BSN juga telah menetapkan 20 SNI sumber energi air, dan 19 SNI sumber energi surya.

Kemudian, telah ditetapkan 11 SNI sumber energi panas bumi, sembilan SNI sumber energi daya angin, tujuh SNI sumber energi biofuel, dan empat SNI sumber energi nuklir.

Saat ini, terdapat 14 organisasi penerap sistem manajemen energi yang telah disertifikasi oleh lembaga sertifikasi sistem manajemen energi.

Sejalan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle), BSN juga telah menetapkan 34 SNI terkait kendaraan listrik, salah satunya adalah SNI ISO 6469 (Bagian 1-4) Kendaraan jalan yang digerakkan listrik – Spesifikasi keselamatan.

Ruang lingkup standar tersebut adalah untuk mobil penumpang. Persyaratan keselamatan baterai yang terpasang di kendaraan bertujuan untuk memastikan keamanan bagi orang yang di dalam kendaraan dan di sekitar kendaraan listrik.

"Tujuan ditetapkannya SNI ISO 6469 di antaranya untuk memproteksi penumpang dari kejutan listrik maupun dari pascatabrakan atau impact yang terjadi," ujarnya.

Selain itu, BSN juga menetapkan SNI ISO 13063:2018 Moped dan sepeda motor berpenggerak listrik dengan ruang lingkup untuk moped dan sepeda motor listrik.

SNI itu mengatur persyaratan untuk keselamatan fungsional, proteksi dari sengatan listrik dan sistem penyimpanan energi mampu-isi-ulang (RESS)/baterai yang digunakan sebagai tenaga penggerak digunakan pada kondisi normal.

Standar tersebut hanya dapat diaplikasikan apabila tegangan kerja maksimum pada sirkuit elektrik terpasang tidak melebihi 1.000 V a.b. atau 1.500 V a.s.

Untuk mengampanyekan penggunaan kendaraan listrik dan mensosialisasikan SNI, BSN juga akan menyelenggarakan Indonesia E-Vehicle Expo ke-2 Tahun 2022 pada 15-18 Juli 2022 di Yogyakarta.

Acara tersebut rencananya akan diikuti para pemangku kepentingan di bidang kendaraan listrik dan ekosistemnya, seperti mobil listrik, motor listrik, Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), regulator/pemerintah terkait, dan lembaga sertifikasi produk.

Baca juga: BSN tingkatkan pembinaan standardisasi UMK melalui program MBKM
Baca juga: BSN dukung pengembangan kendaraan listrik dan pengurangan emisi GRK

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022