baginya, Islam merupakan agama paling sempurna
Palembang (ANTARA) - Semakin banyak seorang Muslim bersedekah di bulan Ramadhan, maka Allah akan menggantinya dengan pahala yang berlipat-lipat dan limpahan rezeki yang banyak.

Setidaknya itu yang diyakini oleh Angel Eva Christine, mualaf yang mantap memeluk Islam pada 2018 silam.

Saat dijumpai di kegiatan bazar Ramadhan Masjid Agung Palembang, Sabtu (9/4), ia terlihat bersemangat mempromosikan kerudung berbahan kain jumputan khas Palembang kepada siapa saya yang mengunjungi anjungannya.

Kain jumputan itu merupakan buatan tangan dari sejumlah perajin di Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir yang telah bermitra dengannya sejak dua tahun terakhir.

“Ayo dibeli, ini murah banget. Biasanya ini saya jual 300 ribuan, tapi ini cuma 100 ribu saja. Dan 2,5 persennya akan disumbangkan untuk amal,” kata Eva sambil menawarkan sebuah kerudung segi empat ke calon pembeli.

Bukan hanya kerudung, perempuan berusia 37 tahun ini juga memberikan potongan harga untuk produk lain seperti kain, pakaian, baju, hingga beragam asesoris.

Ia demikian menyakini apa yang diniatkan dengan ikhlas semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT dipastikan akan berbuah kebaikan.

Eva berucap demikian karena telah melalui sejumlah perjalanan spiritual sejak memeluk Islam dan menggunakan nama Aisyah.

Baca juga: Peneliti temukan pewarna alami untuk kain khas Sumsel
Baca juga: Mendorong pelaku usaha ultra mikro naik kelas

Dari Niat Membantu Sesama

Awalnya ia hanya berniat untuk membantu sesama yang mengalami kesulitan ekonomi akibat adanya pandemi COVID-19.

Lalu, tercetuslah ide untuk berjualan kerudung, pakaian dan sejenisnya yang menggunakan kain khas daerah.

Pilihan pun jatuh ke kain jumputan karena mengamati kain ini memiliki keunikan tersendiri.

Selain warnanya yang elegan, baginya teknik pembuatannya juga terbilang luar biasa karena proses pewarnaan harus dilakukan satu per satu (dijumput dengan benang) atau bukan seperti kain buatan pabrik.

Dorongan pun diberikan oleh keluarga barunya, mengingat suaminya Azhar berasal dari Palembang.

Ia pun memberanikan diri untuk merambah bisnis ritel walau ketika itu tanpa memiliki toko atau pun butik. Praktis Eva hanya memanfaatkan laman di media sosialnya untuk berjualan secara online.

Tak disangka usaha ritel ini tetap bertahan hingga kini, walau ia sama sekali tidak pernah bisa menjawab jika ditanya berapa besar omset per bulannya.

“Yang penting asal muter saja, itu niat saya dari awal. Sama sekali tidak bisa jawab jika ditanya berapa omsetnya, yang penting bisa bayar karyawan dan mitra kerja,” kata Eva.

Dengan menggunakan merek dagang Jejak Aisyah, hijab berbahan kain jumputan ini sudah menyebar ke seluruh penjuru negeri, mulai dari Aceh hingga Papua.

Memanfaatkan jaringan sanak keluarga, hingga dirinya sendiri yang sebelumnya pernah berprofesi sebagai penyiar radio di Medan dan Jakarta dan manajer artis, Eva mampu menjamah rekan-rekan sesama Muslim yang ingin berbagi (sedekah).

Mulai dari perkumpulan perempuan yang berprofesi sebagai dokter, yang mana setidaknya ada 100 dokter yang sudah menggunakan kain jumputan produksinya, hingga sejumlah artis papan atas.

“Seperti Luna Maya, itu mau endorse tanpa dibayar. Ini karena saya jelaskan bahwa kain ini dijual untuk membantu perajin dan akan disumbangkan juga untuk amal,” kata dia.

Selain itu ada juga Tissa Biani yang mau membuat beragam kreasi dalam menggunakan kain jumputan lalu diunggah di laman media sosial Instagramnya.

Adanya artis yang mau menggunakan kain jumputan ini telah membuat kain khas daerah Sumsel itu semakin dikenal masyarakat luas.

Menurutnya promosi merupakan hal penting untuk mengangkat kain khas daerah ini.

Tak ayal, ia pun tak pernah ragu di beragam kesempatan selalu menggunakan bahan pakaian berbahan kain jumputan.

Justru ini menjadi kebanggaan bagi Eva, apalagi memang sedari dulu cukup menggandrungi fesyen etnik. Salah satu produk yang saat ini dikembangkannya yakni ecoprint jumputan, yakni memadukan motif ecoprint yang ramah lingkungan dengan kain jumputan.

Baca juga: Dekranasda: Ibu Negara ingin kunjungi perajin kain di Palembang
Baca juga: Ribuan perempuan berkebaya Sumsel pecahkan rekor MURI

Jejak Aisyah

Nama Angel sebenarnya sudah tak asing di dunia showbiz, tapi kiprahnya lebih banyak di balik layar.

Ia memulai karir sebagai penyiar radio, yakni di Kiss FM Medan selama 15 tahun lalu hijrah ke iRadio Jakarta selama 10 tahun.

Kemudian, perempuan asal Medan ini merambah profesi lain yakni sebagai manajer artis yakni Rangga Moela (Smash) dan Indah Dewi Pertiwi.

Tak terhenti di sini, kini ia merambah ke bisnis publisher film yang khusus menggarap film-film Indonesia.

Eva sebenarnya mulai dikenal luas setelah ia meluncurkan buku “The New Me” pada 2019, yang bercerita perjalanan spiritualnya sehingga mantap mengucapkan dua kalimat syahadat.

Dari bukunya itu diceritakan betapa Eva mengalami pergulatan batin selama bertahun-tahun untuk menemukan makna kehidupan.

Ia pun sempat mempelajari beberapa agama. Saat di Bali, ia juga mempelajari Hindu. Setelah itu, ia sempat memutuskan untuk agnostik kurang 1,5 tahun lantaran tak juga menemukan tambatan batin.

Namun, perjalanan panjang itu akhirnya bermuara pada Islam. Setelah sempat merasakan kedamaian luas biasa saat shalat, ia akhirnya mantap berhijrah sebagai Muslimah. Baginya, Islam merupakan agama paling sempurna yang mengajarkan manusia dari hal paling sederhana hingga hal rumit.

Jika manusia diberikan waktu selama hidupnya untuk mencari kebenaran maka niscaya tidak akan memiliki cukup waktu untuk mendapatkannya. Oleh karena itu Allah SWT mempermudah manusia dengan menurunkan Al-Quran sebagai pegangan hidup.

Baca juga: Kain jumputan 1,1 kilometer membentang di Jembatan Ampera
Baca juga: Kain jumputan Palembang dipamerkan di "Indonesian Fashion Week"

Soal Jodoh

Setelah memegang teguh Islam, beragam keajaiban mulai dirasakannya, termasuk soal jodoh.

Dirinya selalu berdoa dipertemukan dengan jodoh yang baik dan seiman, dan Allah SWT pun mengabulkan doa tersebut.

Pertemuannya dengan sang suami dilakukan secara ta'aruf (perkenalan secara Islam, tanpa berpacaran) justru oleh calon ayah mertua.

Padahal keluarga calon suami berlatar religius, sementara Eva merupakan seorang mualaf dengan keluarga berlatar Kristen yang taat. Justru sang ayah mertua terpikat menjadikan Eva sebagai menantu setelah membaca buku yang ditulisnya itu.

Ketika itu, Eva mengajukan syarat bahwa keluarga calon suami harus meminta izin terlebih dengan kedua orang tuanya di Medan. Ia berprinsip walau berbeda agama tapi berbakti kepada orangtua merupakan tuntutan utama Islam.

Dan, hal itu pun dipenuhi calon suaminya sehingga proses pun berjalan cepat hanya memakan waktu satu bulan.

Demikian Allah SWT jika mau berkehendak, Eva sama sekali tak menyangka dirinya bisa mendapatkan jodoh hanya dalam kurun satu bulan.

“Saya pun percaya apa yang ada di Surat An Nur, bahwa perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik,” kata dia.

Perempuan kelahiran 1 September 1984 ini pun berharap keyakinannya itu tak luntur hingga akhir hayat, dan gelora untuk belajar ilmu agama selalu membara layaknya Aisyah Binti Abu Bakar, istri Nabi Muhammad SAW.

Aisyah dikenal sebagai perempuan yang cerdas, yang darinya banyak diwariskan ilmu mengenai hukum islam dan hadis. Eva sengaja memakai merek Jejak Aiysah untuk dagangannya karena ingin mengikuti jejak istri Rosulullah SAW dalam syiar Islam.

Baca juga: Ramadhan, momentum kampung mualaf Badui perdalam ajaran Islam

Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022