Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia sebagian besar berada di wilayah negatif, sementara dolar AS bertahan kuat pada Selasa sore, menjelang laporan data inflasi AS yang dapat menandakan kenaikan suku bunga yang lebih agresif oleh Federal Reserve.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS melonjak ke level tertinggi tiga tahun, sementara harga minyak juga melambung setelah pelonggaran sebagian penguncian di Shanghai.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,2 persen, setelah saham AS mengakhiri sesi sebelumnya dengan kerugian tajam, sementara indeks saham Nikkei Jepang berakhir merosot 1,81 persen dan saham Australia ditutup melemah 0,42 persen.

Imbal hasil obligasi AS yang lebih tinggi mendukung dolar, dengan indeks mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya bergerak kembali di atas 100 untuk menguji level tertinggi hampir dua tahun minggu lalu.

Mata uang Jepang menanggung beban kerugian terbesar terhadap greenback, yang naik menjadi 125,77 yen semalam, tertinggi sejak Juni 2015.

Yen diperdagangkan berombak tepat di bawah level itu pada Selasa dan terakhir di 125,45 per dolar.

Mata uang Jepang telah berada di bawah tekanan selama beberapa bulan terakhir karena bank sentral Jepang (BOJ) telah berkomitmen untuk mempertahankan kebijakan yang sangat longgar bahkan ketika banyak bank sentral utama lainnya, yang dipimpin oleh The Fed, telah memulai pengetatan kondisi moneter.

Euro diterpa politik, tidak mampu mempertahankan keuntungan dari reli pada Senin (11/4/2022) setelah pemimpin Prancis Emmanuel Macron mengalahkan penantang sayap kanan Marine Le Pen dalam putaran pertama pemilihan presiden. Euro terakhir stabil di 1,087 dolar.

Pasar China menguat ketika tanda-tanda muncul bahwa beberapa pembatasan COVID-19 mulai melonggar di Shanghai, ibu kota keuangan negara itu, meskipun lusinan kota lain tetap dikunci sebagian atau seluruhnya.

Pelonggaran peraturan China di sektor game juga memberi investor dukungan setelah tindakan keras selama bertahun-tahun di beberapa bagian industri teknologi negara itu.

Indeks saham unggulan China CSI300 Index yang turun ke wilayah negatif pada pertengahan sesi Selasa tetapi kembali naik di sore hari menjadi berakhir naik 1,95 persen, yang oleh para analis dikaitkan dengan perubahan pembatasan permainan.

Indeks Hang Seng Hong Kong juga berakhir menguat 0,52 persen.

"Beberapa hari dan minggu ke depan di China akan menjadi tantangan, kasus COVID masih naik, tetapi investor tidak boleh fokus hanya pada COVID," kata Suresh Tantia, ahli strategi Credit Suisse.

"Cerita besar bagi China adalah pelonggaran politik dan peraturan teknologi mulai mereda. Saham teknologi telah melambung hari ini dan kami pikir akan ada lebih banyak pelonggaran kebijakan sehingga ada situasi di mana China akan melakukan pelonggaran ketika seluruh dunia mengetat."

Menjelang data inflasi Maret, saham berjangka AS, S&P 500 e-mini, turun 0,38 persen pada 4.392,30 poin.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan indeks harga konsumen (IHK) AS pada Selasa akan mencatat kenaikan 8,4 persen dari tahun ke tahun untuk bulan tersebut.

Ekonom NatWest Markets memperkirakan lonjakan 1,1 persen bulan ke bulan dalam angka inflasi utama yang akan menjadi kenaikan bulanan terbesar sejak Juni 2008.

"Kami cukup hawkish dalam hal kenaikan suku bunga AS dan kami pikir itu bukan hanya jumlah pengetatan tetapi kecepatan yang akan berdampak pada investor," Elizabeth Tian, ​​direktur derivatif ekuitas Citigroup di Sydney mengatakan kepada Reuters.

"Pasar ekuitas sangat tangguh dan cukup santai dibandingkan dengan pasar pendapatan tetap, tetapi kami memperkirakan pada pertemuan Fed Mei akan ada semacam pengumuman dalam hal pengurangan pelonggaran kuantitatif dan saat itulah kita bisa melihat volatilitas muncul dalam ekuitas."

"Pertanyaannya adalah bagaimana reaksi pasar terhadap kecepatan kenaikan suku bunga yang bisa kita lihat."

Di sesi Asia, imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik menjadi 2,8224 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 2,782 persen pada Senin (11/4/2022).

Imbal hasil dua tahun, yang naik bersama ekspektasi pedagang terhadap suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, menyentuh 2,539 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 2,508 persen.

Baca juga: Saham Asia turun, dolar menguat, pasar waspada jelang data inflasi AS
Baca juga: IHSG terkoreksi mengekor pelemahan bursa saham Asia
Baca juga: Saham Asia melayang di tertinggi lima minggu, euro defensif

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022