Jakarta (ANTARA) - Satuan Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memandang Indonesia masih memilik peluang besar dalam bisnis migas karena mempunyai banyak cekungan baik offshores maupun onshores seluas lebih dari 460 ribu kilometer persegi.

Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan ada 128 cekungan yang dimiliki Indonesia, tapi yang berproduksi baru mencapai 20 cekungan.

"Ini bisa memberikan gambaran masih ada peluang di migas Indonesia dari barat sampai timur berupa offshores dan onshores," kata Julius dalam diskusi daring bertajuk 'Investasi Hulu Migas dalam Menghadapi Situasi Global dan Harga Minyak Dunia' yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Per 31 Maret 2022, SKK Migas mencatat ada 172 contract area, 95 production contract area, dan 77 exploration contract area (termasuk dua wilayah kerja menunggu kebijakan pemerintah dan 26 wilayah kerja dalam proses terminasi).

Julius mengungkapkan saat ini ada cekungan yang sudah dilakukan pengeboran dan telah ditemukan hidrokarbon, tetapi belum dikomersialkan. Hal ini menantang karena ada istilah undeveloped discovery yang harus dikerjasamakan dari para investor dan pemerintah.

Potensi cekungan migas yang banyak itu belum detail karena masih memerlukan studi, seismik, dan penelitian lainnya.

"Ini kenyataan kita bukan sebagai barang jualan, tetapi ini data yang kita punya sampai hari ini," ujar Julius.

Ia pun optimistis bahwa minyak dan gas bumi tidak akan habis dalam waktu dekat karena komoditas ini selalu ditemukan dan potensi yang belum tereksploitasi juga masih banyak.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022