Lampung Barat (ANTARA) - Setiap daerah memiliki ikon atau landmark yang menjadi penanda kekhasannya dibandingkan dengan daerah lainnya, sehingga mudah untuk mengenalinya.

Ikon setiap daerah biasanya menjadi populer atau terkenal dan menjadi salah satu daya tarik utama diminati warga daerah lain untuk berkunjung.

Karena itu, Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus menegaskan tetap akan mewujudkan ikon Lamban (Gedung) Budaya Lampung di Kompleks Perkantoran Pemkab Lampung Barat yang sejak awal dicita-citakannya dapat dibangun di Kabupaten Lampung Barat ini.

Pembangunan ikon budaya Lampung di Lampung Barat itu ditargetkan selesai tahun ini, meskipun dampak pandemi masih dirasakan oleh warga maupun Pemkab Lampung Barat. Dampak pandemi membuat penyelesaiannya pembangunan ikon Lampung Barat itu harus bergeser ke tahun berikutnya.

Bahkan, lebih dari separuh masa jabatan Parosil dan Wakil Bupati Mad Hasnurin, keduanya harus fokus untuk menangani pandemi COVID-19 yang melanda sejak awal 2020.

Bupati dan Wakil Bupati Lampung Barat, Parosil Mabsus-Mad Hasnurin, dilantik pada Desember 2017. Namun, baru berjalan dua tahun lebih masa kepemimpinan keduanya, pandemi COVID-19 melanda di awal tahun 2020.

Mau tak mau, anggaran untuk membangun dalam mewujudkan Pitu Program yang diusung keduanya harus dipangkas untuk difokuskan menangani penyebaran dan dampak Coronavirus, termasuk pembangunan Lamban (Gedung) Budaya di Kompleks Perkantoran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lampung Barat, di Kelurahan Way Mengaku, Kecamatan Balik Bukit yang dimulai tahun 2019 lalu.

Pembangunan Lamban Budaya itu merupakan implementasi dari poin kedua dari pitu programnya, yakni Penataan Kota Liwa sebagai Kota Budaya.

Pitu Program itu, yakni peningkatan infrastruktur mantap, penataan Kota Liwa sebagai Kota Budaya, semua bisa melanjutkan sekolah, pelayanan masyarakat sehat, menyejahterakan petani, masyarakat berdaya saing, dan peningkatan kinerja pelayanan publik, serta peningkatan iman dan taqwa.

Baca juga: Twitter resmikan akun ikon budaya Indonesia

Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus menargetkan pembangunan Gedung Budaya itu akan selesai tahun ini. Tahun terakhir masa jabatan Parosil Mabsus-Mad Hasnurin (PM) pada 2022.

Sebutan PM itu sudah terdengar akrab bagi masyarakat Lampung Barat. Bahkan PM selalu terdengar di berbagai kegiatan pembangunan dengan Pitu Program yang diusungnya.

Bupati Parosil berharap di tahun 2022 Lamban Budaya tersebut bisa diresmikan dan berfungsi untuk kegiatan kebudayaan, kesenian dan destinasi wisata.

Selain itu, juga dapat dimanfaatkan masyarakat untuk menggelar acara seperti halnya resepsi pernikahan ataupun khitanan dan acara-acara lainnya.

Pembangunan Lamban Budaya tersebut ditujukan sebagai wadah untuk mendukung pelestarian seni budaya yang ada di Lampung Barat, dengan anggaran sebesar Rp20 miliar yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berdasarkan Detail Engineering Design (DED) Kabupaten Lampung Barat Tahun 2019.

Seyogianya Lamban Budaya itu ditargetkan selesai dalam kurun waktu dua tahun dan dapat diresmikan pada tahun 2021 lalu.

Bupati Lampung Barat tetap targetkan ikon Lamban Budaya Lampung segera rampung dibangun pada 2022 ini. ANTARA/HO-Pemkab Lambar
Akan tetapi, pembangunan tersebut terhambat akibat wabah pandemi COVID-19, sehingga pembangunnya pun terhenti di tahun 2020 karena adanya refocusing anggaran.

Setelah penyebaran pandemi COVID-19 melandai, tepatnya di tahun 2021, pembangunan lamban budaya tersebut kembali dilanjutkan, dan pada bulan Maret 2022 ini capaian pembangunan lamban budaya itu sudah 60 persen.

Bupati Parosil Mabsus mengatakan pembangunan lamban budaya tersebut akan selesai dan diresmikan di tahun 2022 ini bersamaan di akhir masa jabatan PM.

"Saya membangun gedung budaya, sebenarnya ditarget selesai tahun 2021, tetapi karena terkendala wabah COVID-19, sehingga diperkirakan baru dapat diselesaikan dan diresmikan tahun 2022 ini," ujar Parosil.

Nantinya, Parosil menjelaskan pula, selain berfungsi untuk kegiatan kebudayaan, kesenian, dan destinasi wisata, lamban budaya itu juga dapat dimanfaatkan masyarakat untuk menggelar acara seperti halnya resepsi pernikahan.

"Tujuan dari gedung budaya ini adalah sebagai pusat kesenian dan destinasi wisata bukan sebagai museum," kata Parosil pula.

"Dengan adanya pengembangan dan pelestarian yang melalui wadah lamban budaya, kesenian dan kebudayaan yang ada di masyarakat Lampung Barat tidak mengalami kemunduran atau pun mendekati kepunahan," katanya pula.

Baca juga: Damar Kurung dijadikan ikon Kabupaten Gresik-Jatim

Bekas gedung serbaguna
Awalnya, lokasi tempat pembangunan lamban budaya itu merupakan bangunan gedung serbaguna yang kemudian diganti dengan bangunan Lamban Budaya tersebut.

Jika dibandingkan dengan bangunan gedung serbaguna yang lama, konstruksi bangunan Lamban Budaya ini berbeda jauh lebih kokoh, indah dan menarik dengan desain yang menekankan sisi kebudayaan.

Sesuai rancangan pembangunan, lamban budaya ini menggunakan spesifikasi dua lantai (tingkat) yang dapat menampung hingga 1.000 orang, dengan konstruksi bangunan dilengkapi bore pile, footplat, sloof.

Kemudian dilengkapi pelat lantai dan pelat tangga, pek atap dari onduline bitumen, pak pasangan dinding, pintu dan jendela, plafon, pengecatan, listrik, sanitasi, arsitektur, landscape, paving blok serta pagar.

Menariknya, sisi kanan kiri tampak depan pada Lamban Budaya ini terpampang jelas lambang empat kepaksian yang menggambarkan empat kerajaan yang terdapat di Kabupaten Lampung Barat. Empat lambang kepaksian tersebut, yakni Kepaksian Pernong, Kepaksian Belunguh, Kepaksian Bejalan di Way, dan Kepaksian Buay Nyerupa.

Bupati Lampung Barat tetap targetkan ikon Lamban Budaya Lampung selesai dibangun pada 2022 ini. ANTARA/HO-Pemkab Lambar
Selanjutnya fasilitas yang terdapat di lantai satu Lamban Budaya ini terdapat aula dengan ukuran 23x19 meter, panggung, ruang persiapan, ruang audio dan lighting, gudang peralatan, toilet enam buah, dan terdapat tangga pada dua sisi menuju lantai atas, serta terdapat pintu akses langsung yang digunakan untuk mempercepat akses ke lantai dua ke ruang rapat atau ruang tunggu.

Kemudian pintu masuk utama ke aula terdapat empat pintu dobel dan dua dobel pintu masuk akses belakang. Pada depan bagian selasar dapat digunakan sebagai galeri terbuka.

Sedangkan, fasilitas Lamban Budaya pada lantai dua terdapat galeri empat kepaksian/kebudayaan, dilengkapi dua toilet, ruang tunggu dan tribun VIP, ruang rapat, ruang informasi, ruang pengelola, ruang karyawan, dapur, ruang karyawan serta selasar.

Berdasarkan hal itulah, dengan dibangunnya Lamban Budaya Lampung Barat secara representatif, diharapkan Lamban Budaya ini nantinya akan menjadi salah satu ikon kebanggaan bagi masyarakat Lampung Barat dalam melestarikan kebudayaan agar tidak luntur di tengah gencarnya perkembangan zaman.

Lampung Barat menyimpan banyak pesona seni tradisi dan budaya. Hingga kini masih ada sejumlah adat budaya di Lampung Barat yang masih bisa kita lihat dan nikmati. Salah satunya yang terkenal adalah Pesta Sekura yang dikenal unik dan meriah.

Pesta Sekura merupakan sebuah tradisi yang asal muasalnya dari perang saudara serta merupakan asimilasi budaya Hindu dan Islam yang masih dilestarikan hingga kini di daerah ini.

Masih banyak lagi tradisi seni budaya dan adat leluhur turun-temurun masih lestari di Lampung Barat ini, Kabupatenyang memiliki moto “Beguai Jejama” yang berarti bekerja bersama dan bergotong royong.

Karena itu, keberadaan Lamban Budaya Lampung di Lampung Barat diharapkan semakin menyemarakkan upaya untuk terus menjaga dan melestarikan seni tradisi dan budaya leluhur, sehingga menjadi bagian dari pesona wisata dengan daya tarik tinggi.

Para wisatawan nusantara maupun mancanegara dapat berbondong-bondong datang ke kabupaten berbukit-bukit dan berhawa sejuk yang dikenal pula sebagai Puncaknya Provinsi Lampung ini.

Baca juga: HUT DKI, ondel-ondel raksasa bakal dipamerkan di TIM

Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2022