Jakarta (ANTARA News) - Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Herman Darnel Ibrahim, mengatakan Indonesia bukanlah negara yang kaya energi, meskipun memiliki beraneka ragam sumber, seperti minyak, gas, dan batubara.

"Walaupun Indonesia punya banyak dan beraneka ragam sumber energi, ternyata kita bukanlah negara yang kaya energi," katanya pada forum grup diskusi (FGD) tentang optimalisasi penyebatan informasi hemat energi di ruang publik, yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika, di Jakarta, Jumat.

Ia menjelaskan cadangan energi per kapita Indonesia lebih kecil dari cadangan energi per kapita rata-rata dunia.

Indonesia, katanya, memiliki candangan energi per kapita untuk minyak misalnya hanya 5,3 TOE (tonne of oil equivalent), padahal rata-rata dunia 27,2 TOE.

Sementara cadangan gas per kapita Indonesia mencapai 18 TOE, sedangkan dunia 25,2 TOE, sedangkan cadangan per kapita batu bara 46,9 TOE dibandingkan dunia yang mencapai 78,2 TOE per kapita.

Hal itulah, kata dia, yang menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat Indonesia perlu melakukan hemat energi.

Herman mengatakan kampanye hemat energi sangat diperlukan pula mengingat sumber energi fosil semakin langka dan mahal. Padahal, lanjut dia, ke depan kebutuhan energi nasional akan semakin besar.

"Sekarang konsumsi energi nasional masih rendah dan ke depan akan semakin besar, sehingga dibutuhkan pertumbuhan (pasokan) energi lebih besar untuk mewujudkan kesejahteraan energi," katanya.

Pada 2006 konsumsi energi primer per kapita Indonesia masih di bawah rata-rata dunia, yaitu sebesar 0,6 TOE, sedangkan dunia 1,7 TOE. Sementara di negara maju, tingkat konsumsi energi primer per kapita mencapai 4,7 TOE.

"Sekarang dan ke depan hemat energi dalam proses produksi juga merupakan salah satu kekuatan bersaing. Yang tidak hemat dalam penggunaan energi bisa kalah dalam persaingan," katanya.

Oleh karena itu, Herman menilai prinsip hemat energi yaitu reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali) dan recycle (mendaur ulang) harus disosialisasikan sejak usia dini.

"Cara yang paling jitu dalam melakukan hemat energi adalah tidak menggunakan energi bila tidak diperlukan, seperti mematikan listrik, menggunakan energi sesedikit mungkin, menggunakan peralatan yang hemat energi, di samping hemat penggunaan material (dalam proses produksi)," katanya.
(R016)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011