Jakarta (ANTARA) – Pelaku industri asuransi dan reasuransi nasional dinilai perlu mengembangkan teknologi sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas proses bisnis dan pemasaran produk asuransi untuk mempercepat penetrasi pasar.

Direktur Pengembangan dan Teknologi Informasi PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) Beatrix Santi Anugrah mengatakan teknologi informasi atau (TI) menjadi jawaban bagi upaya industri jasa keuangan untuk mempercepat penetrasinya.

Beatrix Santi Anugrah, Direktur Pengembangan dan Teknologi Informasi Indonesia Re

Menurut dia, setidaknya ada tiga hal yang menjadi tujuan dilakukanya initiative digitalisasi pada Indonesia Re. Pertama, memperbaiki proses bisnis, kedua adalah menambah nilai atau value bagi perusahaan karena akan lebih cepat dan akurat dalam prosesnya dan ketiga menjadi centre of excellence. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan kualitas bisnis proses dalam rangka percepatan penetrasi bisnis asuransi di industri,” ungkapnya dalam wawancara, Rabu (6/4/2022).

Beatrix mengatakan tengah mengupayakan proses transformasi di bidang pengembangan bisnis (business development) dan teknologi informasi (TI). “Jadi, amanat sebagai direktur pengembangan dan teknologi informasi ini menyiratkan pesan yang jelas yaitu mengintegrasikan arah pengembangan perusahaan secara group selain melalui reaktivasi pembentukan PRN, juga melalui optimalisasi pengelolaan perusahaan anak, merevitalisasi peran Indonesia Re Institute untuk bersinergi dan proaktif dalam mewujudkan inovasi, learning dan research institute yang berkualitas sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi industri perasuransian serta menjadi technology leadership di Industri reasuransi. Intinya transformasi harus dilakukan,” jelasnya.

Pasalnya, Beatrix yang memiliki latar belakang karir 23 tahun di bidang finansial dan perbankan meyakini bahwa digitalisasi asuransi, khususnya yang hadir dalam wujud insurtech, merupakan bisnis masa depan. Digitalisasi pada industry asuransi dan reasuransi baik dari sisi pemarasan maupun dari sisi operasional bisnis proses merupakan upaya yang akan berdampak pada efisiensi dan efektifitas bagi perusahaan.

Hal itu, jelas dia, tergambar dari proses bisnis insurtech di mana teknologi digital sudah menjadi bagian dari gaya hidup, sehingga mulai dari pemasaran produk, interaksi dengan nasabah, hingga proses klaim yang akan berbasis teknologi. Walau demikian terdapat tantangan untuk mempersiapkan kehandalan teknologi yang mampu memitigasi timbulnya resiko. Bagi Indonesia Re sebagai Perusahaan Reasuransi Nasional penggunaan teknologi akan berdampak pada peningkatan kualitas bisnis proses mulai dari product development, pricing, underwriting sampai claim management. Hal ini yang melatar belakangi initiative Indonesia Re Digitalisasi.

“Nanti semuanya akan mengandalkan teknologi dalam prosesnya dan saya rasa ini benar-benar jadi gambaran bisnis asuransi dan reasuransi di masa depan,” tegasnya.

Oleh karena itu, pemilik gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Trisakti Jakarta Jurusan Ekonomi (Akuntansi) dan Magister Manajemen dari Universitas Pelita Harapan ini menilai bahwa pelaku industri asuransi perlu mempersiapkan diri sejak dini.

Tidak hanya dari sisi pengembangan infrastruktur, Beatrix menilai pelaku usaha asuransi dan juga reasuransi perlu membentuk kerangka berpikir atau mindset bahwa TI akan lebih dari sebagai sistem pendukung; seluruh fungsi dan peran teknologi akan menjadi sangat dominan dalam menjalankan proses bisnis asuransi dan reasuransi.

Bagi Indonesia Re terkait transformasi TI, Beatrix mengatakan bahwa melalui program Indonesia Re digitalisasi menetapkan dua belas initiative digital termasuk di dalamnya sistem e-office, e-service platform yaitu layanan yang menghubungkan Indonesia Re dengan ceding company, Sistem Investasi, dan AI Project yang mengakomodir kebutuhan dalam proses underwriting berdasarkan data expertise dan lesson learned dari data historis.

Project Indonesia Re digitalisasi memiliki 5 peran digitalisasi yaitu Indonesia Re Data warehouse yang berperan dalam menyimpan data secara historical dalam bentuk data mart bisnis, Core system sebagai system inti pada proses bisnis, Support system berperan dalam proses administrasi bisnis yang berbasis paperless, ready on demand dan terdigitalisasi, Analytical services yang dilakukan baik terhadap data internal maupun external untuk menghasilkan peluang baru, insight, profile dan added value sebagai solusi reasuransi dan Dashboard & Client portal yang komprehensif dalam menyajikan data bisnis real time.

“Teknologi akan menjadi gesture dari bisnis asuransi dan reasuransi kelak, tidak lagi hanya sebagai support system, melainkan akan berperan dominan dalam proses bisnis, sehingga mampu mempercepat penetrasi pasar industry asuransi dan reasuransi” ujarnya.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2022