Jakarta (ANTARA) - Ban menjadi salah satu bagian pada mobil yang wajib dirawat mengingat tugasnya yang penting, mulai dari menopang berat, mengendalikan arah di jalan, hingga melaju dan menghentikan mobil.

Bersama sistem suspensi, ban juga mempunyai peran dalam meredam getaran yang diterima oleh kendaraan. Padahal, bidang kontak ban mobil dengan jalan sangat terbatas dan harus berputar saat menempuh perjalanan yang penuh tantangan.

Mengganti ban yang sudah aus dengan ban baru merupakan salah satu cara merawat ban. Indikator yang paling terlihat adalah dari batas Tread Wear Indicator (TWI) di telapak ban. Jika sudah melewati batas tersebut, sebaiknya ban mobil segera diganti.

Ban juga perlu diganti ketika sudah mengalami kerusakan, seperti sobek, benjol atau telapak aus tidak merata. Umumnya, rata-rata waktu penggantian ban adalah antara 2-4 tahun tergantung pemakaian.

Baca juga: Lima langkah mengatasi suara "gluduk-gluduk" dari roda depan mobil

Dengan alasan untuk menekan biaya atau ingin mencoba model lain, pemilik mobil terkadang memilih untuk mengganti ban berbeda-beda merek, misalnya dari merek A ke merek B. Lalu, apakah hal tersebut boleh dilakukan?

Dikutip dari Auto2000, demi menjaga kenyamanan dan keamanan saat berkendara, sebaiknya langkah tersebut dihindari.

Setiap merek ban memiliki performa masing-masing karena proses desain dan manufaktur yang berbeda, termasuk peruntukannya, seperti antara ban basah dan kering, ban SUV dan sedan, atau ban penumpang dan ban niaga.

Belum lagi terkait material dan konstruksi ban yang tidak sama, meskipun ukurannya sama persis karena terkait kebutuhan penggunaan ban.

Ukuran tidak hanya menyangkut dimensi umum seperti lebar dan rasio tinggi ban. Ukuran di sini juga termasuk ukuran pelek, batas kecepatan maksimal, dan load index. Perhatikan pula jenis ban, apakah radial atau bias, ban tubeless atau tubetype.

Selain itu, pola telapak ban yang berbeda sedikit saja bakal mengganggu stabilitas saat mobil melaju. Perbedaan performa ban akan sangat terasa ketika kecepatan mobil cukup tinggi, seperti di jalan tol. Apalagi saat melewati jalan dengan kondisi yang jelek, licin karena hujan, atau muatan mobil penuh.

Jenis kompon dan grip tiap merek ban juga kemungkinan besar berbeda. Alhasil, daya cengkeram ban yang digunakan akan berbeda. Mobil akan sulit dikendalikan karena perbedaan karakter ban kiri dan kanan.

Jika ingin mengganti ban, sebaiknya pilih merek yang sama. Kalaupun tetap “memaksakan” ingin menggunakan ban yang berbeda merek, usahakan ganti ban yang sama dalam satu poros roda.

Misalnya, mobil menggunakan ban A standar dari produsen ban X, lalu ternyata ban belakang kanan rusak. Dengan pertimbangan biaya, pemilik mobil mengganti kedua ban belakang dengan ban C dari produsen ban X karena harganya lebih terjangkau.

Asalkan ukurannya sama dan sesuai rekomendasi pabrikan mobil, pilihan ini masih diperbolehkan. Termasuk dengan mengganti ban merek D dari produsen ban Y.

Sepanjang ukuran dan peruntukannya sesuai serta berada di poros roda yang sama, yaitu antara poros roda depan atau belakang, hal itu masih diperbolehkan.

Namun idealnya, seluruh as roda sebaiknya menggunakan ban yang sama guna memperoleh sinergi kinerja terbaik.

"Ban merupakan komponen kendaraan yang sangat penting dalam menjaga kenyamanan dan keamanan berkendara di jalan. Oleh karena itu, segera ganti ban yang telapak bannya sudah aus atau ada indikasi kerusakan fisik. Pastikan mengganti ban yang sesuai dengan rekomendasi pabrikan untuk menjaga kinerja ban di jalan," kata Aftersales Business Division Head Auto2000 Nur Imansyah Tara.

Baca juga: Hankook perkenalkan ban khusus kendaraan listrik

Baca juga: Pentingnya pemeriksaan "wheel alignmen" jaga suspensi dan ban mobil

Baca juga: Michelin perkenalkan ban Pilot Sport generasi kelima
Pewarta:
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022