Medan (ANTARA News) - Banyak nelayan tradisional di pesisir timur Sumatera Utara saat melaut sulit mendeteksi titik koordinat perbatasan perairan Indonesia dengan Malaysia, karena kapal dan perahu mereka tidak dilengkapi alat navigasi.

"Masih banyak nelayan tradisional dengan mengandalkan peralatan yang masih sederhana dan belum dilengkapi alat navigasi," kata Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut I Belawan Brigjen TNI (Mar) Bambang Soesilo di Medan, Kamis.

Dia menyatakan hal itu ketika ditanya seputar penangkapan nelayan tradisional asal pesisir timur Provinsi Sumatera Utara (Sumut) yang tergolong gencar dilakukan Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM) sejak beberapa bulan terakhir.

Menurut dia, tindakan penangkapan terhadap nelayan tradisional Indonesia seyogyanya tidak perlu terjadi bila para petugas patroli keamanan laut Malaysia memahami kondisi keterbatasan peralatan yang terdapat pada perahu maupun kapal nelayan tersebut.

Dugaan pelanggaran batas perairan Malaysia oleh nelayan tradisional semata-mata disebabkan oleh faktor peralatan navigasi yang mereka miliki.

"Sebenarnya cukup diusir saja, mengingat masalahnya sangat sederhana karena para nelayan tersebut terbatas dalam peralatan navigasi," tambahnya.

Kendati demikian, dia mengakui bahwa nelayan saat melaut perlu dilengkapi alat navigasi modern berupa global positioning system atau GPS.

Khusus dalam menyikapi masalah penangkapan terhadap nelayan tradisional Indonesia oleh petugas patroli keamanan laut (Kamla) Malaysia, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) lebih mengedepankan langkah diplomatik.

"Dalam hal menyikapi masalah penangkapan nelayan tradisional, kami mengupayakan langkah diplomatik," kata Bambang.

Selain itu, pihaknya juga senantiasa berkoordinasi dengan unsur terkait, seperti Gugus Keamanan Laut (Guskamla) dan Gugus Tempur Laut (Guspurla) Armada Barat TNI-AL.

TNI-AL terus melakukan pengamanan di sepanjang wilayah perbatasan perairan Indonesia dengan negara tetangga, termasuk di sekitar Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di Selat Malaka.

Gugus tugas pengamanan di wilayah perbatasan tersebut bertujuan mengantisipasi kemungkinan terjadinya berbagai ancaman, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Disebutkannya, Lantamal I tahun 2012 akan memperoleh tambahan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) modern.

Melalui penambahan Alutsista tersebut, Lantamal I akan meningkatkan lagi kinerja pengamanan laut. (ANT-197)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011