Singapura/Hong Kong (ANTARA) - Sebagian besar pasar saham Asia ditutup menguat pada Rabu, mengikuti kenaikan di Wall Street semalam, tetapi perdagangan berombak karena investor bergulat dengan imbal hasil AS yang tinggi dan respon kebijakan ekonomi China yang hati-hati terhadap penguncian pandemi.

Sebagai tanda suasana yang aneh, yen Jepang naik terhadap dolar, setelah jatuh hampir setiap sesi dalam dua minggu terakhir dan berulang kali menetapkan posisi terendah baru 20 tahun, sementara emas spot turun 0,5 persen ke level terendah dalam seminggu terseret oleh imbal hasil yang lebih tinggi.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,6 persen, sesi positif pertama dalam seminggu didukung oleh kenaikan di Hong Kong, yang bertambah 0,8 persen, dan Australia yang ditutup pada rekor tertinggi, dipimpin oleh lonjakan 25 persen saham Ramsay Health Care menyusul tawaran pengambilalihan dari raksasa ekuitas KKR.

Nikkei Jepang naik 0,9 persen, seperti pasar lain di kawasan mengikuti kenaikan Wall Street di mana tiga indeks utamanya memiliki hari terbaiknya dalam lebih dari sebulan, dibantu oleh beberapa hasil laba yang kuat. Nasdaq ditutup naik 2,2 persen.

Namun, ini tampak seperti reli saham, karena Nasdaq berjangka turun hampir 1,0 persen di perdagangan Asia, terseret oleh penurunan saham Netflix ketika perusahaan melaporkan penurunan pertama dalam pelanggannya selama satu dekade.

Indeks S&P500 berjangka turun 0,4 persen tetapi EUROSTOXX 50 berjangka naik 0,2 persen, dan FTSE berjangka naik 0,15 persen.

China melawan tren regional dengan saham unggulannya ditutup turun 1,55 persen setelah bank sentral mempertahankan suku bunga acuan pinjamannya tidak berubah, meskipun pemerintah sering berjanji untuk mendukung ekonomi yang melambat akibat wabah COVID-19 terburuk dalam dua tahun.

Keputusan itu sebaliknya membantu yuan China pulih setelah mencapai level terendah sejak Oktober di awal perdagangan.

"Investor mencari stimulus dari China tetapi PBOC (bank sentral China) tidak memberikannya hari ini," kata Carlos Casanova. "Pasar pasti akan menafsirkannya secara negatif dengan penguncian yang diperpanjang hingga April dan seterusnya, yang berarti bulan-bulan terburuk untuk data ekonomi ada di depan kita."

Namun dia mengatakan keputusan PBOC "tidak sepenuhnya mengejutkan karena khawatir jika pelonggaran pada saat ini, pertama akan berdampak kecil pada ekonomi mengingat berapa banyak orang yang dikurung di rumah, dan kedua bisa merugikan jika itu mengarah pada perbedaan suku bunga yang lebih luas dengan AS yang dapat mendorong arus keluar."

Imbal hasil pada kontrak obligasi pemerintah China 10-tahun yang diperdagangkan tinggi turun di bawah imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun untuk pertama kalinya sejak 2010 awal bulan ini, dan imbal hasil obligasi China 10-tahun bertahan sekitar 2,85 persen.

Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun berada dalam kisaran 3,0 persen pada Rabu - meskipun sedikit berubah pada hari ini - dan imbal hasil yang dilindungi inflasi berada di wilayah positif untuk pertama kalinya sejak 2020.

Perbedaan imbal hasil juga merupakan faktor bagi Jepang, di mana bank sentral pada Rabu menawarkan untuk membeli obligasi pemerintah Jepang (JGB) 10-tahun dalam jumlah tidak terbatas pada 0,25 persen, dalam langkah ketiga sejak Februari untuk mempertahankan target imbal hasil.

Ekspektasi bahwa bank sentral Jepang (BOJ) akan tetap dengan kebijakan ultra-longgar untuk beberapa waktu sementara Federal Reserve dan lainnya menaikkan suku bunga telah mengirim yen terhuyung-huyung terhadap dolar, tetapi dolar mundur 0,2 persen terhadap yen pada Rabu di tengah beberapa kekhawatiran bahwa intervensi - verbal atau sebaliknya - dari otoritas Jepang bisa mendorong kenaikan.

Di tempat lain di pasar mata uang, perang di Ukraina telah membuat euro terjepit dan terakhir dibeli 1,3025 dolar.

Harga minyak rebound pada Rabu dari kerugian tajam di sesi sebelumnya karena kekhawatiran tentang pasokan yang lebih ketat dari Rusia dan Libya mendominasi. Minyak mentah berjangka Brent naik 0,7 persen menjadi 108 dolar AS per barel.

Baca juga: Saham Asia goyah karena penguncian China, yen terus merosot vs dolar

Baca juga: Saham Asia sebagian besar negatif, dolar naik jelang data inflasi AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022