Jakarta (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Tenggono menyatakan bahwa sebagian besar atau sekitar 60 persen lulusan Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Tegal, Jawa Tengah, diterima bekerja di dunia usaha dan industri di luar negeri.

"Terkait SDM unggul yang dihasilkan SUPM Tegal tidak diragukan lagi," kata Sakti Wahyu Trenggono dalam rilis di Jakarta, Rabu.

Seperti diketahui, Menteri Kelautan dan Perikanan telah melakukan kunjungan kerja ke Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Tegal, Jawa Tengah, 19 April 2022.

SUPM Tegal merupakan salah satu dari 20 satuan pendidikan di lingkungan KKP. Selain menghasilkan SDM unggul, SUPM ini banyak menghasilkan berbagai inovasi.

Menteri Trenggono mengungkapkan, sekitar 60 persen lulusan SUPM Tegal terserap untuk bekerja di Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) luar negeri dan 20 persen terserap di DUDI dalam negeri, serta lainnya bekerja di dalam negeri sebagai wirausaha, instansi pemerintah dan nonpemerintah, serta melanjutkan kuliahnya.

Para lulusan SUPM Tegal yang bekerja di luar negeri tersebar antara lain di Spanyol, Prancis, Amerika Serikat, Kanada, Peru, Brazil, Jepang, Korea, Hongkong, Taiwan, Singapura, Malaysia, Australia, Selandia Baru, Guam, Saipan, Hawaii, Fiji, Bahrain, Madagaskar, Mauritius, Mauritania, Afrika Selatan, Mozambik, dan Las Palmas.

Diharapkan para lulusan sepulangnya ke tanah air dapat mengembangkan kelautan dan perikanan dalam negeri dengan berbekal keahlian dan pengalamannya di luar negeri.

Menteri Trenggono juga telah meninjau sarana dan prasarana pendidikan, serta berbagai inovasi yang dihasilkan kampus tersebut.

Terdapat inovasi peralatan karya para siswa SUPM yang dilihat Menteri Trenggono, misalnya line hauler, alat untuk menarik tali utama rawai tuna. Contoh lainnya inovasi mar fish lamp, lampu celup pemanggil ikan tanpa kabel, yang aman dari kebakaran dan penggunaannya lebih efektif dan efisien. Selama ini masyarakat biasa menggunakan lampu sorot yang lebih boros energi listrik dan menggunakan kabel yang tingkat keselamatannya kurang baik.

Selain itu, ada pula inovasi alat pemanggang ikan modern. Tak hanya inovasi peralatan, terdapat inovasi pengolahan perikanan, seperti tahu rumput laut dan brownies ikan.

Kepala BRSDM I Nyoman Radiarta, mengatakan, satuan pendidikan lingkup KKP terdiri dari 9 SUPM dan 11 satuan pendidikan tinggi (10 politeknik dan 1 akademi komunitas). Melalui satuan-satuan pendidikan tersebut diselenggarakan pendidikan formal secara vokasi dengan pendekatan teaching factory (porsi praktik 70 persen dan teori 30 persen).

Disebutkan pula bahwa biaya pendidikannya disubsidi oleh negara, serta lebih dari 55 persen kuota peserta didik diisi oleh anak-anak pelaku utama kelautan dan perikanan, seperti nelayan, pembudidaya ikan, pengolah dan pemasar ikan, serta petambak garam.

Para lulusannya tidak hanya memperoleh ijazah, tetapi juga sertifikat kompetensi dan keahlian berstandar nasional dan internasional yang telah diakui oleh DUDI dalam dan luar negeri, sesuai bidangnya masing-masing.

Kepala SUPM Tegal Maskuri mengatakan, SUPM Tegal berdiri sejak 1962. Sekolah ini memiliki empat kompetensi keahlian, yaitu Nautika Kapal Penangkap Ikan, Teknika Kapal Penangkap Ikan, Agribisnis Perikanan Air Payau dan Laut, Agribisnis Pengolahan Perikanan. Kampus ini dilengkapi dengan sarana dan prasarana seperti berbagai jenis laboratorium, workshop kejuruan, teaching factory program keahlian, kapal latih, dan instalasi kelas lapang.

Baca juga: Menteri Kelautan: Kemampuan ekonomi karbon biru RI sangat besar

Baca juga: KKP: Tarif dan logistik jadi tantangan ekspor tuna

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022