Jakarta (ANTARA) - Pelaksana tugas Sekretaris Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nur Tri Aries Suestiningtyas mengatakan periset perempuan Indonesia telah banyak berkontribusi dalam inovasi ilmu pengetahuan dan peran perempuan di BRIN merefleksikan pentingnya peran mereka untuk kemajuan riset.

Dalam diskusi virtual BRIN edisi Hari Kartini yang diikuti dari Jakarta, Kamis, Tri mengatakan bahwa Hari Kartini menjadi momentum pengingat kontribusi perempuan dalam pembangunan dan apakah kesempatan yang dihasilkan dari perjuangan Kartini telah dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Tri menjelaskan bahwa intelektualitas menjadi cambuk bagi perempuan masa kini untuk berkembang, dengan ilmu pengetahuan, riset dan inovasi, termasuk berada di dalamnya.

Baca juga: Iriana: Peringatan Hari Kartini era bangkitnya perempuan lawan pandemi

"Badan Riset dan Inovasi Nasional telah memberikan kesempatan yang inklusif bagi seluruh sivitas untuk berkarya, memiliki kesempatan yang sama termasuk bagi perempuan untuk berkiprah di berbagai bidang, baik di riset maupun manajemen iptek," katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, Puji Lestari menjelaskan bahwa berdasarkan statistik, sekitar 50 persen periset di Organisasi Riset Pertanian dan Pangan adalah perempuan.

Fakta tersebut memperlihatkan bahwa periset perempuan memberikan kontribusi yang besar terhadap ketahanan pangan nasional.

Puji mengharapkan perempuan periset memiliki akhlak mulia dan profesional yang menginspirasi perempuan lain agar perjuangan R.A. Kartini di masa lampau tidak sia-sia.

Baca juga: Hari Kartini, Srikandi Indonesia Re jadi contoh implementasi AKHLAK

Baca juga: Pakar Unair: Khofifah layak tokoh wanita hebat karena menginspirasi


Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN, NLP Indi Dharmayanti dalam diskusi itu secara khusus menyoroti bahwa menurut data UNESCO kesenjangan gender dalam bidang sains adalah 70 persen laki-laki dan 30 persen perempuan. Sementara komposisi peneliti BRIN adalah laki-laki 56 persen dan perempuan 44 persen.

"Saya rasa ini suatu angka yang tidak terlalu buruk, karena memang lebih dari gender gap di sains di UNESCO," katanya.

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022