Jakarta (ANTARA) - Saat momen peringatan Hari Kartini, pegawai perempuan di lingkungan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berbagi cerita inspiratif dalam mengawal tugas-tugas pemberantasan korupsi.

KPK mencatat terdapat 509 pegawai perempuan dari total keseluruhan 1.551 pegawai di KPK atau sebesar 33 persen.

Mereka tersebar di berbagai unit, yaitu Sekretariat Jenderal, Kedeputian Bidang Informasi dan Data, Pencegahan dan Monitoring, Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat Koordinasi dan Supervisi hingga Kedeputian Bidang Penindakan.

Pengawal tahanan

Petugas pengawal tahanan KPK sebagian juga perempuan, salah satunya Rohimah. Tugas sebagai pengawal tahanan menuntut harus memiliki ketahanan fisik yang kuat dan juga sigap menghadapi berbagai perselisihan di dalam rumah tahanan (rutan).

Sehari-hari, Rohimah mengatur para tahanan perempuan di KPK yang beragam jenis karakternya. Di rutan yang sempit dan tidak ada pendingin ruangan, Rohimah berjibaku dengan para tahanan untuk bisa tertib setiap harinya, juga dituntut untuk bisa mengayomi para tahanan.

Rohimah mengungkapkan banyak tantangan yang dihadapinya dalam mengawal tahanan.

Baca juga: Hari Kartini, Paskibraka itu kini jadi Wakapolres Tanjung Priok

"Tantangan yang saya rasakan selama saya bekerja di Rutan KPK banyak banget tantangannya seperti mereka itu terkadang masih berpikir kalau mereka itu merasa belum tahanan. Jadi, sikapnya sebagian ada yang bupati, gubernur, wali kota kadang-kadang tindakannya masih tidak mau diatur," katanya.

Rohimah pernah terlibat cekcok dengan anggota keluarga tahanan yang hendak membawa makanan ke dalam rutan. Lantaran ia menolak pemberian makanan khusus kepada para tahanan saat waktu kunjungan keluarga tahanan.

Dalam situasi tersebut, ia tetap berusaha tenang karena tugasnya sebagai pengamanan harus tetap bisa mengendalikan diri dan tidak mudah terpancing emosi.

Menurut dia, pekerjaan sebagai pengawal tahanan adalah kebanggaan tersendiri bagi dirinya. Justru alasannya, karena pekerjaan ini menantang dan banyak didominasi oleh laki-laki. Namun, Rohimah tetap bekerja setara perannya dengan pengawal tahanan laki-laki.

"Kalau orang tahunya kan perempuan itu lemah, tetapi saya tidak mau kalau dibilang salah satu perempuan yang lemah karena saya juga lahir dari keluarga yang penuh perjuangan. Sampai sekarang pun saya masih berjuang buat keluarga saya," tuturnya.

Dalam momen Hari Kartini, ia pun menitipkan pesan kepada perempuan Indonesia agar tetap menjadi wanita yang tangguh dalam berjuang untuk keluarga maupun bangsa.

Dokter

Tantangan dalam pekerjaan di pemberantasan korupsi juga dihadapi oleh seorang dokter perempuan bernama Shinta Gasenova.

Ia membantu para pegawai KPK dalam menangani masalah kesehatannya. Selain itu, ia juga membantu kesehatan para tersangka atau tahanan di Rutan KPK.

Baca juga: Kartini-kartini Sang Rajawali Laut

Di ruang kesehatan berukuran 2x3 meter lantai tiga Gedung Merah Putih KPK, Dokter Shinta memeriksa pasiennya dengan fasilitas seadanya. Di samping ruangan pemeriksaan, terdapat juga tiga kubikel berjajar untuk diisi oleh suster dan paramedis lainnya.

Ia juga rutin mengadakan kunjungan pemeriksaan kepada tahanan, turun ke sel-sel tahanan dan memeriksa satu persatu. Di tengah pengapnya kondisi sel rutan KPK, Dokter Shinta dengan sabar menanyakan kabar dan kondisi para tahanan.

Tantangan yang dihadapinya adalah saat menangani tahanan yang berpura-pura sakit atau meminta dirujuk ke rumah sakit (RS).

"Untuk tantangan yang khusus mungkin, yang tidak ada di kantor lain adalah menangani tahanan itu sendiri karena memang macam-macam para tahanan ada yang banyak berpura-pura atau mau minta keluar ke rumah sakit padahal belum tentu sakit," ungkap Dokter Shinta.

Bahkan, ada tahanan yang mencoba mengintimidasinya dari marah-marah hingga gebrak meja agar mendapatkan rujukan ke RS dengan berpura-pura sakit.

Dokter Shinta tetap bekerja secara profesional tidak gentar menghadapi hal tersebut. Justru, Dokter Shinta menggunakan sisi feminitasnya, melalui pendekatan emosional agar tersangka yang sakit secara psikis dapat mencurahkan hatinya untuk mengelola stres selama di tahanan.

"Biasanya mereka pas baru masuk ke dalam rutan, pasti ada perasaan tidak menerima, terkejut karena mereka ditangkap. Jika ada cerita seperti itu kita dengarkan karena balik lagi fokus ke masalah kesehatannya, saya ingin andil dalam pemberantasan korupsi dengan membantu menyehatkan para pegawai maupun tahanan," ujar dia.

Baca juga: Kartini

Terkait peringatan Hari Kartini, Dokter Shinta mengatakan Kartini merupakan sosok perempuan hebat, berani, dan mempunyai gebrakan untuk bangsa sehingga dapat menginspirasi para perempuan saat ini.

Contoh kecilnya, kata dia, seorang perempuan dapat menularkan sikap antikorupsi dengan mengedukasi kepada anak-anak, keluarga, dan juga masyarakat sekitar. Dokter Shinta pun berpesan bahwa sebagai perempuan pun dapat berperan memberantas korupsi meskipun tidak bekerja di KPK.

Penyidik

Salah satu penyidik perempuan yang dimiliki KPK bernama Surya Tarmiani. Setiap harinya, Surya melakukan kegiatan penyidikan, yaitu mengumpulkan barang bukti, pemeriksaan saksi, menganalisis bukti-bukti dalam bentuk dokumen maupun elektronik. Pekerjaannya menuntut pula untuk turun ke lapangan melakukan penggeledahan.

Di bagian penindakan sendiri, jumlah penyidik perempuan lebih sedikit dibandingkan penyidik laki-laki. Dominasi pegawai laki-laki tidak membuat dirinya takut jika harus berdiskusi soal perkara, bekerja bersama, bahkan saat menghadapi pemeriksaan yang tersangkanya laki-laki.

Seringkali penyidik Surya mendapat intimidasi saat memeriksa, dengan jawaban-jawaban sulit dan nyeleneh dari para tersangka kaum lelaki. Beberapa dari mereka terkadang memandang sebelah mata, jika penyidik perempuan bisa "diluluhkan".

Namun, berbagai taktik maupun ancaman dari para terperiksa, tidak membuat gentar penyidik Surya untuk terus melakukan proses penyidikan. Penyidik Surya tetap profesional dan fokus pada pekerjaannya. Prinsipnya adalah perempuan bisa setara dan berperan dalam situasi dan rumpun profesi apapun.

Baca juga: Sosok Kartini musik versi DIRA

"Memang penyidikan itu suatu pekerjaan yang dominannya dilakukan oleh laki-laki. Jadi memang perempuan kalau di situ (Direktorat Penyidikan) hanya (berjumlah) sebagian kecil saja. Memang banyak tantangannya, banyak di awal pasti tidak menyangka akan menghadapi pekerjaan atau risiko semacam itu." kata Surya.

Lebih lanjut, Surya mengungkapkan alasannya memilih pekerjaan penyidik karena semata ingin menegakkan nilai-nilai kebenaran yang ada di masyarakat. Perbuatan korupsi adalah perbuatan yang tidak benar dan masyarakat harus tahu itu.

"Jadi jangan sampai masyarakat tidak tahu kebenarannya. Yang tidak benar jadi lazim dan yang benar jadi tidak lazim. Kebenaran itu harus diperjuangkan. Jadi, masyarakat terbiasa dengan nilai-nilai kebenaran," ujarnya.

Menurut Surya, ia sebagai salah satu perempuan yang bekerja menjadi penyidik justru dapat memberikan nilai tambah dalam proses penyidikan suatu perkara. Ada sejumlah perkara yang ia tangani, tidak bisa dilakukan oleh peran laki-laki karena harus menggunakan sisi feminitas,

Surya pun menceritakan pernah diharuskan turun ke lapangan meninjau lokasi sawit untuk suatu perkara penyidikan. Dalam tim tersebut, hanya dia penyidik perempuan. Ia bersama tim menelusuri hutan sawit yang luasnya berhektare-hektare, lebatnya semak belukar, dan terjalnya tanah yang becek setelah diguyur hujan.

Namun, tidak menyurutkan dia untuk tetap bekerja. Di tengah hutan tersebut, tiba-tiba dia ingin buang air kecil. Tentu hal ini agak merepotkan bagi dirinya sebagai perempuan.

"Kalau laki-laki kan bisa buang air dimana saja, kalau perempuan harus mencari toilet," cerita Surya.

Jaksa

Sama seperti penyidik Surya, Jaksa Penuntut KPK Dame Maria Silaban juga menceritakan pekerjaannya yang berisiko tinggi melakukan penuntutan hukuman terhadap terdakwa tindak pidana korupsi.

Setiap harinya, Dame bergelut dengan waktu, menyusun dakwaan, melakukan pemeriksaan hingga melaksanakan eksekusi putusan hakim. Hal itu terus bertambah seiring tersangka korupsi yang jumlahnya juga meningkat.

Baca juga: Kehadiran pemimpin perempuan di perguruan tinggi bawa perubahan

Jaksa Dame juga meneliti berkas perkara untuk kecukupan alat bukti agar layak disidangkan sehingga hakim dapat memvonis terdakwa bersalah. Saat dilakukan eksekusi, lanjut Dame, jaksa masih harus memantau untuk mendapatkan pengembalian kerugian keuangan negara sebagai uang pengganti yang akan disetorkan ke kas negara.

"Meskipun perkara itu sudah selesai, tidak sampai di situ. Kadangkala terdakwa itu masih akan melakukan PK (peninjauan kembali) yang kedua, bukan hanya sekali, bahkan kedua atau ketiga. Itu juga cukup menguras waktu dan energi, sementara perkara-perkara lain sudah banyak yang menunggu di bawah," ujarnya.

Namun, hal tersebut tak menjadikannya ciut menghadapi para koruptor yang didominasi kaum lelaki. Kerap kali ancaman datang, Jaksa Dame tak gentar melakukan pekerjaannya karena bagian dari cita-citanya agar bisa bermanfaat di masyarakat sebagai perempuan.

"Ini adalah cita-cita dan panggilan hidup, sejak kecil cita-cita saya menjadi jaksa. Bahkan tantangan ini menjadi pemicu, pemacu kita 'geregetan' menghadapi para koruptor. Bagaimana Indonesia ini bisa bebas dari korupsi," kata Jaksa Dame.

Harapan

Ketua KPK Firli Bahuri mengharapkan perjuangan Kartini dapat terus digelorakan sampai saat ini dengan munculnya Kartini-Kartini lainnya demi memajukan kesejahteraan bangsa.

Dalam salah satu tulisan Kartini, kata Firli, juga memuat dan mengandung makna yang mendalam tentang sikap Kartini terhadap pemberantasan korupsi. Kartini menentang sikap para penguasa menerima upeti dari rakyatnya.

Untuk itu, seperti yang dikatakan Firli, saatnya perjuangan Kartini dilanjutkan untuk membebaskan negeri ini dari praktik-praktik korupsi. Tanpa korupsi Indonesia bisa maju, tanpa korupsi anak negeri bisa meraih mimpi, tanpa korupsi Indonesia menjadi cerdas dan adil, dan tanpa korupsi anak Indonesia bisa mencapai pendidikan tinggi.

Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2022