Saya kira sudah saatnya Amerika Serikat meningkatkan keterlibatan kerja sama dengan Asia, Asia Timur, termasuk ASEAN,"
Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Tahun ini, untuk pertama kalinya secara resmi Presiden Amerika Serikat akan menjadi satu dari 18 pemimpin negara yang duduk dalam Forum Asia Timur (EAS).

Setelah persetujuan seluruh anggota Forum Asia Timur pada 2010, maka Amerika Serikat bersama Rusia menjadi dua anggota baru EAS sehingga pada Pertemuan Puncak ke-6 EAS di Nusa Dua, Bali, 19 November mendatang, dua pemimpin negara pemilik hak veto di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu dapat turut bergabung.

Sebelumnya Forum EAS yang merupakan kepanjangan tangan dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) beranggotakan 16 negara, yaitu sepuluh negara ASEAN --Brunei, Kamboja, Indonesia, Filipina, Laos, Myanmar, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Singapura-- dan enam mitra wicara ASEAN yaitu Jepang, Korea Selatan, China, Selandia Baru, India dan Australia.

Kehadiran Amerika Serikat dan Rusia dalam EAS semula dinilai oleh beberapa pihak tidak akan memberikan nilai positif bagi ASEAN, karena kedua negara besar itu pada ujungnya ditakutkan akan menyetir agenda-agenda ASEAN agar selaras dengan agendanya.

Namun, sepuluh negara anggota ASEAN menepis kekhawatiran itu dengan memberikan persetujuan penuh pada 2010. Mereka menilai kehadiran kedua negara adidaya itu tidak akan membuat ASEAN keluar dari peta jalan yang telah disiapkan dan justru dapat mendorong negara-negara Asia Tenggara mempercepat upayanya.

Posisi ASEAN sebagai sentral dari arsitektur kawasan diyakini tetap aman walaupun forum EAS "melebar" hingga benua Amerika.

Selaras dengan itu, dalam sesi dialog pada acara APEC CEO Summit 2011 di Hotel Sheraton Waikiki, Honolulu, Kepulauan Hawaii, Sabtu waktu setempat atau Minggu pagi (13/11) waktu Indonesia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan sudah saatnya bagi Amerika Serikat untuk tidak hanya memandang China, Jepang, dan India sebagai partner kerja sama yang sudah terbangun di kawasan Asia.

Indonesia berharap Amerika Serikat dapat meningkatkan keterlibatannya dalam kerja sama dengan negara-negara di kawasan Asia termasuk Asia Timur dan Asia Tenggara.

"Tapi juga ASEAN. Saya kira sudah saatnya Amerika Serikat meningkatkan keterlibatan kerja sama dengan Asia, Asia Timur, termasuk ASEAN," ujarnya.

Menurut Presiden, ekonomi di kawasan Asia Tenggara saat ini tumbuh dengan baik dan terdapat beragam bidang kerja sama bagi Amerika Serikat untuk ditingkatkan.

Dengan bergabungnya Amerika Serikat dan Rusia dalam EAS, Presiden berharap kedua negara itu bisa lebih berperan dalam berbagai bidang kerja sama dengan ASEAN.

Ia juga yakin bahwa Amerika Serikat masih menyimpan kekuatan yang besar dan bersama-sama dengan Asia yang kini menjadi motor pertumbuhan ekonomi dunia bisa mewujudkan kestabilan dan kemakmuran di kawasan Asia Pasifik.

"Oleh karena itu menurut saya kalau kita sepakat membangun keseimbangan yang dinamis di Asia Pasifik maka Amerika Serikat bisa menjadi `main player` untuk memastikan kawasan ini tumbuh secara ekonomi, politik dan keamanan, juga menangani isu-isu global lain," tuturnya.

Bali Berbenah
Kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dalam Pertemuan Puncak ke-6 EAS tentu tetap memberikan warna lain dalam persiapan penyelenggaraan acara itu, sekalipun timpalannya dari Rusia, Presiden Rusia Dmitry Medvedev tidak hadir karena kesiapan penyelenggaraan pemilihan umum di negerinya.

Panglima Kodam IX/Udayana Mayjen TNI Leonard Louk menegaskan pengamanan menjelang kedatangan Obama di Nusa Dua Bali, tidak berlebihan dan sesuai prosedur berlaku.

"Tidak ada yang berlebihan," katanya.

Leonard menambahkan setiap negara memiliki standar pengamanan tersendiri untuk kepala negaranya jika berkunjung ke luar negeri atau mancanegara termasuk saat Obama melakukan kunjungan ke Bali.

"Dan standar pengamanan masing-masing kepala negara atau pemerintahan yang akan hadir pada KTT ASEAN 2011 sudah dikomunikasikan dan dikoordinasikan dengan pihak Indonesia," katanya.

Pengamanan menjelang KTT ASEAN dan KTT Asia Timur pada medio pekan depan telah dilakukan berlapis mulai dari jalan protokol hingga area di kawasan Nusa Dua tempat konferensi diselenggarakan.

Untuk memantapkan pengamanan menjelang pelaksanaan konferensi yang akan dihadiri sebanyak 16 pemimpin negara itu (Presiden Rusia dan PM Selandia Baru John Key absen), TNI dan Polri pun menggelar latihan gabungan pengamanan KTT ASEAN dan KTT Asia Timur yang diikuti sekitar 15 ribu personel TNI/Polri.

Ke-15 ribu personel yang dikerahkan itu terdiri atas Komando Operasional Pengamanan TNI sebanyak 7.562 personel, Satgas Pengamanan VVIP 750 orang, dan Satgas Pengamanan Wilayah 2.563 personel.

Selain itu terdapat pula Satgas Pengamanan Laut sekitar 600 personel, Satgas Pengamanan Udara 300 personel, satuan intelijen sekitar 200 personel dan aparat Polri sekitar 1.799 personel.

Menjaga Eksistensi
Sementara itu, kehadiran Obama di Nusa Dua, Bali, merupakan bagian dari lawatan sembilan harinya ke Pasifik yang akan menyoroti nasib ekonomi Amerika Serikat di Asia.

Setelah menjadi tuan rumah Pertemuan Puncak APEC di Hawai, Obama akan melawat ke Australia untuk merayakan 60 tahun hubungan keamanan dengan negara itu dan ke Bali, Indonesia guna menjadi Presiden Amerika Serikat pertama yang menghadiri Pertemuan Puncak Asia Timur.

Menurut laporan sejumlah media AS, kunjungan itu juga akan menggarisbawahi meningkatnya kompetisi antara Amerika Serikat, yang menjadi kekuatan Pasifik selama lebih dari setengah abad, dengan penguatan China.

Wakil Penasehat Keamanan Nasional AS Ben Rhodes kepada media mengatakan bahwa Washington akan memastikan bahwa meskipun terjadi pemotongan anggaran di dalam negeri, namun postur militernya di Pasifik akan tetap mampu melindungi kepentingan-kepentingannya dan kepentingan negara-negara sekutunya.

"Kami akan membuatnya jelas selama lawatan bahwa Amerika Serikat akan terus memainkan peran itu di sepanjang paruh terakhir abad, dalam upaya menjadi jangkar keamanan dan stabilitas di kawasan itu," katanya.

Lawatan Obama, yang terjadi pada saat posisinya secara politis di dalam negeri rentan, adalah salah satu bentuk upayanya untuk memastikan bahwa Amerika Serikat tetap menjadi pemain dominan di Asia, wilayah yang bisa menentukan masa depan ekonomi AS.

Menilik dari alasan itu tampaknya keputusan Amerika Serikat untuk bergabung dengan Forum Asia Timur terlihat tepat setelah beberapa tahun terakhir China menjadi salah satu mitra wicara penting negara-negara Asia Tenggara bersama dengan Jepang dan Korea Selatan.

Dan tentunya, ASEAN kemudian dituntut untuk cerdas dan tangkas menyikapi seluruh kepentingan negara-negara mitra wicaranya demi kemakmuran dan kesejahteraan kawasan tersebut.
(G003)

Pewarta: Gusti NC Aryani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011