Cuma kadang-kadang sense of crisis nya itu kurang tajam
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan perempuan berperan mengisi sense of crisis (rasa krisis) dalam hal peringatan dini bencana.

Hal itu disampaikan Dwikorita saat berbagi pengalaman memegang jabatan kepala dalam sebuah lembaga, yang memiliki stigma pekerjaannya didominasi oleh laki-laki.

Dalam webinar diikuti di Jakarta, Rabu, Dwikorita mengatakan setelah menjadi bagian dari BMKG pada 2018, audit performa sistem dilakukan. Sebab, potensi cuaca ekstrem dan anomali iklim, gelombang tinggi dan tsunami mulai meningkat, sehingga perlu dilakukan peningkatan peralatan

Namun ternyata ditemukan bahwa sistem komputasi BMKG pada tahun 2018 setara dengan Japan Meteorology Agency pada 1998, sehingga dirinya harus mengejar ketertinggalan performa alat-alat tersebut untuk meningkatkan kapasitas peringatan dini.

Baca juga: Kepala BMKG: Nihil korban tolok ukur keberhasilan peringatan dini

Baca juga: BMKG prediksi awal kemarau di sebagian provinsi mulai April


Dari berbagai usaha yang dilakukan, BMKG berhasil mendapatkan bantuan fasilitas alat untuk peringatan dini penerbangan, guna mengurangi angka kecelakaan pesawat.

Sementara untuk peringatan dini gempa dan tsunami, Dwikorita mengatakan pihaknya masih mengejar ketertinggalan sistem.

Lantaran Jepang saat ini dapat mengeluarkan peringatan 2 menit setelah gempa, sedangkan Indonesia saat ini baru bisa mengeluarkan peringatan dini kurang lebih 5 menit setelah gempa terjadi.

Menurut dia, dibandingkan dengan kinerja laki-laki yang notabene tidak terlalu beraksi berlebihan dalam mengerjakan tugas, perempuan dinilai memiliki sense of crisis dalam bekerja.

"Cuma kadang-kadang sense of crisis nya itu kurang tajam. Nah jadi kami saling mengisi lah, pokoknya. Saya kadang-kadang mungkin dipandang lebay dan bawel dengan akurasi dengan ketepatan, itu menurut saya harus bener-bener sering diingatkan, sering dicek," kata dia.

Dwikorita mengatakan dengan seperti itu, dia memang tidak bisa bersantai. Namun akan lebih berdampak parah jika dia lengah, apalagi taruhannya adalah nyawa dan keselamatan masyarakat.

Dia menegaskan meski kini BMKG telah didukung kecanggihan peralatan sistem peringatan dini oleh Kementerian Keuangan dan Bappenas untuk masalah peralatan, tidak ada artinya jika tidak direspon dengan implementasi di lapangan.

Baca juga: BNPB-BMKG terapkan program IDRIP ke 25 provinsi risiko tinggi tsunami

Baca juga: Akademisi: Masyarakat harus dukung program memperkuat mitigasi bencana


 

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022