Jakarta (ANTARA) - Kementerian PPPA mendorong masyarakat lebih meningkatkan kesadaran terhadap risiko kanker payudara dan melakukan deteksi dini dengan metode Sadari (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dan Sadanis (Pemeriksaan Payudara Klinis).

"Perlu dilakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri atau Sadari dan Pemeriksaan Payudara Klinis atau Sadanis yang bertujuan untuk menemukan benjolan dan tanda-tanda lain pada payudara sedini mungkin agar dapat dilakukan tindakan secepatnya," ujar Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Lenny N. Rosalin melalui siaran pers di Jakarta, Rabu.

Deteksi dini penting mengingat kanker payudara dan kanker leher rahim merupakan jenis kanker yang memiliki kontribusi tertinggi terhadap prevalensi kanker pada perempuan di Indonesia.

Lenny mengatakan bahwa berdasarkan data Globocan WHO 2020, total penderita kanker nasional sebanyak 0,14 persen dari jumlah penduduk Indonesia dengan penderita kanker perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki dan prevalensi kasus paling banyak dalam lima tahun terakhir adalah kanker payudara yaitu sebanyak 201.143 kasus.

Pada 2020, jumlah kasus baru kanker payudara di Indonesia mencapai 68.858 kasus (16,6 persen) dari total 396.914 kasus baru kanker dengan jumlah kematian mencapai lebih dari 22 ribu jiwa (Globocan WHO, 2020).

Baca juga: Wanita disarankan lakukan SADARI sambil berbaring

Menurut data persentase kasus kanker terhadap penduduk Indonesia (Balitbangkes, 2019), kanker payudara memiliki persentase 19,18 persen.

"Oleh sebab itu, kita harus terus melakukan pencegahan terutama bagi para perempuan yang lebih berpotensi terkena risiko kanker payudara. Walaupun faktanya, kanker payudara juga berisiko dialami oleh laki-laki, meskipun kasusnya langka. Diperkirakan sekitar 1 dari 100.000 pria di seluruh dunia didiagnosis kanker payudara," ujar dia.

Lenny mengatakan bahwa di Indonesia, terdapat tiga provinsi dengan prevalensi kanker payudara tertinggi yaitu D.I. Yogyakarta (2,4 persen atau 4.325 kasus), Kalimantan Timur (1,0 persen atau 1.879 kasus), dan Sumatera Barat (0,9 persen atau 2.285 kasus).

Tingginya prevalensi kanker payudara di tiga provinsi tersebut, salah satunya karena masih rendahnya kesadaran masyarakat akan deteksi dini dan pemeriksaan kanker payudara secara klinis.

Sebesar 70 persen dideteksi sudah di tahap lanjut saat melakukan pemeriksaan.

Baca juga: Perempuan jangan takut periksa demi cegah kanker sejak dini
Baca juga: Perilaku hidup sehat kurangi risiko limfedema pada pasien kanker
Baca juga: Dokter: Kanker payudara juga dapat dialami pria

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022