Cilacap (ANTARA News) - Keluarga tenaga kerja Indonesia (TKI) Sri Mulyani mengharapkan keseriusan pemerintah untuk membantu memulangkan "pahlawan devisa" itu dari Taiwan karena sakit dalam tiga tahun terakhir.

"Kami telah berulang kali meminta pemerintah untuk membantu memulangkan ibu yang sakit tenggorokan akut (acute respitarory failure), tetapi jawaban yang kami terima selalu sama, katanya sedang diurus dan terkendala dana. Menurut kami, itu tidak mungkin," kata anak tunggal Sri Mulyani, Yeni Hermiwati saat ditemui di rumahnya, Desa Malabar RT 03 RW 04, Kecamatan Wanareja, Cilacap, Rabu.

Menurut dia, pemulangan Sri Mulyani ke Tanah Air merupakan tanggung jawab pemerintah karena selama ini TKI selalu diklaim sebagai pahlawan devisa.

"Katanya TKI itu sumber devisa dan disebut sebagai pahlawan devisa, tetapi sudah tiga tahun belum juga bisa pulang," kata dia menegaskan.

Sementara itu saudara kembar Sri Mulyani, Sri Rahayu Hastuti mengatakan, keluarga telah melaporkan masalah yang dialami Sri Mulyani kepada "Crisis Centre" Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) pada bulan Juni 2009.

Menurut dia, laporan tersebut disampaikan selang tiga bulan setelah Sri Mulyani masuk rumah sakit di Taiwan pada bulan Maret 2009 karena sakit tenggorokan akut.

Ia mengatakan, keluarga mendapat kabar mengenai penyakit yang diderita Sri Mulyani berdasarkan faksimile dari Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei, Taiwan.

Dalam faksimile tersebut, kata dia, Sri Mulyani didiagnosis menderita sakit tenggorokan akut (acute respitarory failure) yang menyebabkan TKI ini sempat tidak sadarkan diri saat dibawa ke rumah sakit setempat pada 4 Maret 2009.

Selain melapor kepada BNP2TKI, lanjutnya, keluarga juga sempat menemui anggota Komisi IX DPR RI di Jakarta pada bulan September silam terkait masalah yang dialami Sri Mulyani.

"Di sana kami dipertemukan dengan BNP2TKI. Kami terkejut karena ternyata BNP2TKI baru mengetahui adanya laporan mengenai adik saya dua hari sebelum pertemuan. Padahal, kami lapor bulan Juni 2009, bukan dua hari sebelum pertemuan," katanya.

Dia mengaku sempat diminta keluarga untuk menjenguk Sri Mulyani dengan biaya ditanggung perusahaan yang menempatkan TKI ini di Taiwan.

Selama beberapa bulan di Taiwan, dia tetap berupaya meminta agar Sri Mulyani dapat dipulangkan ke Tanah Air.

Akan tetapi, kata dia, upaya yang dilakukan keluarga hingga saat ini belum terwujud.

"Untuk membebaskan TKI yang terancam hukuman mati di Arab, pemerintah mampu mengeluarkan uang miliaran rupiah. Namun untuk memulangkan adik saya, alasannya selalu tidak ada uang, padahal hanya butuh ratusan juta saja," katanya.

Kendati demikian, dia mengatakan, pada 11 November silam keluarga menerima kabar dari BNP2TKI jika pemerintah telah menyiapkan dana untuk memulangkan Sri Mulyani.

"Kabarnya seperti itu. Mereka bilang, mudah-mudahan bulan depan sudah bisa pulang," katanya.

Informasi terakhir yang diterima keluarga, saat ini Sri Mulyani sedang menjalani perawatan di Taiwan dan membutuhkan alat bantu pernapasan karena terjadi penyumbatan di tenggorokan.  (SMT/Z002)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011