Bogota (ANTARA) - Para keluarga korban eksekusi di luar proses hukum yang dilakukan oleh tentara Kolombia meminta para pelaku untuk mengungkapkan siapa yang memerintahkan pembunuhan itu.

Permintaan itu dikemukakan selama dengar pendapat publik terbaru di pengadilan transisi negara itu pada Rabu.

Pembunuhan-pembunuhan yang disebut "positif palsu" itu --ketika tentara membunuh setidaknya 6.402 orang dan mencatat mereka sebagai gerilyawan yang tewas dalam pertempuran untuk mendapatkan promosi dan penghargaan lainnya-- adalah salah satu pelanggaran hak asasi manusia paling buruk di Kolombia.

Lusinan mantan pejabat, termasuk pensiunan jenderal Paulino Coronado, telah mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan itu, yang terjadi antara 2002 dan 2008 selama pemerintahan mantan Presiden Alvaro Uribe.

Seorang warga sipil dan 10 pensiunan tentara, termasuk Coronado, bersaksi pada Selasa dan Rabu sebagai bagian dari serangkaian dengar pendapat oleh pengadilan Yurisdiksi Khusus untuk Perdamaian (JEP) di kota Ocana, di provinsi Norte de Santander.

Mereka bertanggung jawab dan meminta pengampunan atas kematian setidaknya 120 orang.

"Jangan pasang badan, jangan biarkan orang lain tetap bebas dan kalian menanggung beban ini, beri tahu kami siapa yang memberi perintah untuk membunuh anak-anak kami," kata Blanca Nubia Monroy, ibu salah seorang korban, Julian Oviedo.

Banyak dari mereka yang terbunuh dibujuk pergi ke Norte de Santander dengan janji-janji palsu untuk bekerja.

"Dengan rasa sakit yang luar biasa atas kejahatan keji yang dilakukan oleh bawahan saya, dari lubuk hati saya menyampaikan penyesalan saya karena tidak bertindak lebih hati-hati," kata Coronado, pejabat tertinggi yang mengakui perannya dalam pembunuhan itu.

Kelompok hak asasi mengatakan jumlah korban pembunuhan itu mungkin jauh lebih tinggi daripada yang dibeberkan oleh JEP.

“Saya merencanakan dan membagikan senjata agar pemuda-pemuda yang tidak bersalah, dengan impian-impian mereka, yang dicintai oleh ibu mereka, oleh saudara-saudara mereka, oleh istri mereka, oleh anak-anak mereka, dibunuh dan dilaporkan terbunuh dalam pertempuran, sebagai hasil operasi,” kata pensiunan Sersan Sandro Mauricio Perez, seraya menyebut dirinya "monster" yang melakukan kejahatan untuk menyenangkan atasan.

Lusinan mantan pejabat yang dituduh dan dihukum dalam kasus positif palsu itu telah bersaksi di depan JEP, yang dibentuk berdasarkan kesepakatan damai 2016 dengan pemberontak FARC untuk mengadili mantan kombatan, dengan harapan menerima hukuman yang lebih ringan sebagai imbalan pengungkapan penuh kejahatan mereka.

JEP dapat menjatuhkan hukuman alternatif hingga delapan tahun yang akan dijalani di luar penjara tradisional.

Sumber: Reuters

Baca juga: Polisi Kolombia selamatkan 1.000 lebih hewan selundupan
Baca juga: Presiden Kolombia teken ekstradisi gembong narkoba "Otoniel" ke AS
Baca juga: Tersinggung komentar Ortega, Kolombia tarik dubesnya di Nikaragua

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022