Pontianak (ANTARA) - Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat menyatakan tradisi "Malam Tujuh Likor" dilaksanakan masyarakat di sebagian wilayah kabupaten setempat menandakan Idul Fitri segera hadir.

Ketua MABM Kabupaten Sambas Misni Syafari di Sambas, Jumat, mengatakan tradisi itu terkait dengan peringatan Lailatulqadar, yaitu malam-malam ganjil dari 10 malam Ramadhan terakhir menjelang kehadiran Idul Fitri.

"Kebiasaan masyarakat Sambas saat 'Malam Tujuh Likor' biasa membuat kue pasong yang nantinya dibawa ke masjid dan dimakan bersama," ujarnya.

Ia menjelaskan filosofi kue pasong tentang belenggu terhadap setan pada Bulan Suci Ramadhan.

"Saya tidak tahu asal mula tradisi ini tapi yang jelas tradisi ini telah dilakukan dari zaman dahulu. Untuk itu kita meminta kepada pegiat sejarah mari bersama-sama kita menggali khazanah sejarah adat istiadat budaya Melayu Sambas," kata dia.

Baca juga: Saat pandemi, tradisi berkunjung Idul Fitri di Sambas masih dilakukan

Ia menyebut kendala saat ini dalam menelusuri asal-usul sejarah tradisi di Sambas terkait dengan kebiasaan masyarakat setempat yang tidak memiliki tradisi menulis tetapi yang ada tradisi bertutur atau melalui mulut ke mulut.

"Banyak sekali tradisi yang harus kita jaga dan lestarikan, seperti adat besaprah, pangkak gasing, tari-tarian, silat," kata dia.

Ia mengatakan tradisi lainnya di Sambas dalam menyambut Idul Fitri hampir sama dengan kebanyakan masyarakat Indonesia lainnya, seperti ziarah kubur, silaturahim ke rumah keluarga saat hari pertama Idul Fitri.

"Tradisi kunjung-mengunjungi alhamdulillah saat ini masih melekat di tengah warga. Saling bergantian berkunjung," kata dia.

Baca juga: Masjid di Pangkalpinang tiadakan tradisi "nganggung" usai Shalat Id
Baca juga: "Kenduri Pusako", merawat tradisi Lebaran di Tanjung Berugo Merangin
Baca juga: Tradisi Tapur tanpa pawai hadrat dan takbir karena COVID-19

Pewarta: Dedi
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022