Timika (ANTARA News) - Seorang anggota security PT Freeport bernama Fery Willem Sainyakit meninggal dunia setelah kepalanya diberondong tembakan senjata api oleh orang tidak dikenal di ruas jalan Timika menuju Tembagapura tepatnya di Mil 52, Jumat sekitar pukul 12.45 WIT.

Salah seorang karyawan Bagian Community Realition PT Freeport Lita Karubaba kepada ANTARA di Timika Jumat mengatakan, Fery meninggal sekitar pukul 16.00 WIT di Klinik Kuala Kencana karena luka-luka yang dialaminya.

Dari informasi yang dihimpun ANTARA disebutkan bahwa korban diberondong tembakan ketika tengah berpatroli dari Mil 50 bersama tiga anggota Brimob. Orang tidak dikenal yang diduga berada di hutan memberondong tembakan ke arah mereka dan melukai Fery.

Dua hari sebelumnya yakni pada Rabu (16/11), sebuah truk container Freeport juga ditembak oleh orang tak dikenal di sekitar Mil 51 ruas jalan Timika-Tembagapura.

Lita Karubaba mengaku sangat prihatin dengan maraknya kasus penembakan terhadap karyawan PT Freeport Indonesia dan perusahaan kontraktor akhir-akhir ini yang menunjukkan ketidakmampuan Pemerintah Indonesia dalam memberikan jaminan keamanan.

"Sebagai seorang perempuan anak Papua yang bekerja di PT Freeport kami sangat sedih. Perusahaan ini sudah memberikan kontribusi besar kepada negara, tapi kami diperlakukan seperti binatang. Setiap saat nyawa kami terancam seolah-olah kami tidak punya hak untuk hidup," tutur Lita.

Ia menilai selama ini Pemerintah Indonesia tidak mampu memberikan jaminan rasa aman dan nyaman bagi karyawan Freeport untuk bekerja meski jumlah aparat keamanan (TNI dan Polri) yang menjaga areal Freeport terus ditambah.

Dalam periode dua bulan terakhir saja sejak 14 Oktober 2011 sampai hari ini sudah tujuh nyawa melayang akibat tertembak oleh gerombolan bersenjata tak dikenal. Korban yang tewas itu terdiri atas karyawan PT Freeport, karyawan perusahaan kontraktor dan pendulang tradisional.

"Sejak tahun 2003 kami tidak mendapat jaminan keamanan yang memadai dari Pemerintah Indonesia. Sudah lebih dari 10 orang meninggal dan korban luka sudah tidak terhitung lagi. Korban terus berjatuhan tapi anehnya tak satupun dari kasus-kasus itu bisa diungkap oleh polisi," tutur Lita dengan nada prihatin.

Menurut dia, selama ini karyawan Freeport dijadikan sapi perah oleh berbagai pihak. Di satu sisi mereka dibebani kewajiban membayar pajak yang besar kepada pemerintah, namun di sisi lain keamanan hidup mereka tidak dijamin oleh negara.

"Kami sebetulnya sangat bangga menjadi warga negara Indonesia. Tapi ternyata negara tidak bangga terhadap kami karena negara tidak mampu memberikan jaminan keamanan untuk kami bisa bekerja dengan aman dan nyaman. Kami hanya minta pemerintah berikan kami jaminan keamanan hidup, bukan yang lain," tutur Lita.

Dengan kondisi dimana penembakan oleh orang tak dikenal terus terjadi bahkan semakin menjadi-jadi di areal PT Freeport, menurut Lita, alangkah lebih baik jika pemerintah menutup saja operasional PT Freeport jika tidak mampu memberikan jaminan keamanan.

Lita mengharapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang saat ini sedang mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Negara-negara ASEAN yang juga dihadiri sejumlah pemimpin dunia termasuk Presiden Amerika Serikat, Barac Obama dapat mendengar dan memperhatikan keluhan karyawan PT Freeport Indonesia yang saat ini kehidupannya terancam.

(E015)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011