Nusa Dua (ANTARA News) - Jamuan santap malam Pertemuan Puncak ke-enam Asia Timur (EAS) di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, Jumat malam, "menyatukan" pemimpin Amerika Serikat dan China, dua negara yang sibuk berebut pengaruh di ASEAN.

Sejak rangkaian kegiatan KTT ke-19 ASEAN dan KTT terkait bergulir di Nusa Bali 13 November lalu, "bayang-bayang" rivalitas Amerika Serikat dan China yang kehadiran militernya di Laut China Selatan yang dipersengkatakan China, Taiwan, Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei Darussalam itu sudah terlihat.

Adalah soal Laut China Selatan dan keputusan Presiden AS Barack Obama menempatkan 2.500 orang marinirnya di Darwin, Australia, yang menyita perhatian kalangan wartawan peliput jalannya KTT ke-19 ASEAN dan EAS ke-enam yang berakhir Sabtu (19/11) itu.

Namun acara jamuan makan malam yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono bersama para tamu agungnya dari 18 negara peserta EAS itulah yang justru "mendekatkan" Obama dan mitranya dari China, Wen Jiabao.

Keduanya tidak hanya duduk berdampingan tetapi tampak saling bertukar sapa. Perdana Menteri China Wen Jiabao yang mengenakan kemaja dari tenun ikat berwarna merah tampak beberapa kali bercakap-cakap dengan Barack Obama yang mengenakan kemeja tenun ikat berwarna hijau.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat jamuan makan malam itu pun meminta para kepala negara/pemerintahan peserta KTT ke-enam Asia Timur ini untuk melupakan sejenak materi pertemuan yang akan dibahas Sabtu.

Dalam sambutan singkat mengawali jamuan makan malam yang berlangsung di Ruang Nusa Dua 5, Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) itu, Presiden berharap para pemimpin 18 negara peserta EAS hanya menikmati jamuan dan persahabatan.

Menurut Presiden yang mengenakan kemeja tenun ikat semodel dengan para pemimpin negara lainnya, KTT ke-6 Asia Timur akan membahas beragam persoalan seperti ketahanan pangan dan energi, ekonomi dunia, perdagangan, dan penanganan bencana alam.

"Tapi tinggalkan itu untuk besok. Sekarang, malam ini, nikmatilah jamuan makan malam dan kehadiran masing-masing," ujarnya.

Di awal pidatonya, Presiden Yudhoyono sempat menyatakan pengertiannya bahwa para kepala negara/pemerintahan yang hadir pasti ada yang mengalami "jetlag" karena penerbangan jauh.

Namun, Presiden yang menjabat Ketua ASEAN 2011 mengatakan Bali sebagai salah satu destinasi wisata dunia adalah tempat yang paling cocok bagi para pemimpin itu untuk menyembuhkan "jetlag".

Sebelumnya jamuan santap malam yang diisi dengan hiburan tari dan lagu itu, rangkaian pertemuan kepala negara dan pemerintahan ASEAN dengan mitra dialognya serta pertemuan bilateral Indonesia - AS dilangsungkan.

Dari Myanmar sampai Papua

Masalah keketuaan Myanmar di ASEAN 2014, penempatan 2.500 personel marinir Amerika di Darwin, Australia, dan situasi keamanan di Papua termasuk di antara isu yang mengemuka di dalam rangkaian pertemuan itu.

Sementara itu, Sekjen PBB Ban Ki moon, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dan Perdana Menteri Australia Julia Gillard bergantian mengisi acara KTT Bisnis dan Investasi ASEAN yang berlangsung di Bali International Convention Center (BICC) Nusa Dua dengan menyampaikan pidato di depan komunitas bisnis.

Terkait masalah keketuaan Myanmar, Juru bicara kepresidenan bidang luar negeri Teuku Faizasyah mengatakan Presiden Barack Obama setuju dengan keputusan para pemimpin Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang diambil dalam pertemuan puncak mereka Kamis (17/11).

"Obama memahami penunjukan Myanmar sebagai Ketua ASEAN pada 2014. Seluruh proses terkait hal itu seperti pengiriman Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa ke Myanmar berapa waktu yang lalu. Dan seluruh proses yang telah berjalan, hingga pembahasan ke tingkat ASEAN Summit," katanya.

Dalam pertemuan bilateral itu, kedua kepala negara juga sempat menyinggung kebijakan AS tentang penempatan 2.500 marinir sebagai bagian dari kebijakan luar negeri di Asia Pasifik itu.

Juru bicara kepresidenan bidang luar negeri Teuku Faizasyah yang hadir dalam pertemuan bilateral kedua kepala negara tersebut mengatakan, dalam penjelasannya Obama menyampaikan bahwa kehadiran marinir di Darwin itu terkait dengan hubungan bilateal AS dan Australia.

"Dan dalam hal itu, tidak terpaku pada satu kepentingan saja. Tetapi bagaimana kerja sama itu dapat diperluas menjadi pelatihan dan kerja sama militer dengan salah satu negara mitra utama AS," katanya.

Tentang kemungkinan kebijakan itu mengancam kedaulatan dan kepentingan Indonesia, Faizasyah mengatakan, "itu harus dilihat secara komprehensif. Indonesia memiliki kerja sama dalam mekanisme kemitraan strategis baik dengan AS maupun Australia, sehingga atas kerja sama itu, maka kehadiran militer AS di Australia tidak akan mengancam kedaulatan Indonesia."

Semisal kesepakatan "Lombok Treaty" antara Indonesia dan Australia yang menegaskan bahwa tidak ada akan ada kegiatan di wilayah nasional Australia yang mengancam wilayah, kedaulatan atau kepentingan Indonesia.

"Dengan adanya kerja sama antara Indonesia-AS dan Indonesia-Australia, menjadi jaminan bahwa kehadiran militer AS di Darwin tidak akan mengancam apapun secara komprehensif," kata Faizasyah.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama menghormati setiap kebijakan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono untuk penyelesaian segala persoalan di Papua.

Faizasyah mengatakan, Obama sangat menyimak penjelasan yang disampaikan Presiden Yudhoyono terkait kebijakannya di Bumi Cenderawasih itu dan pemimpin AS itu menegaskan kembali dukungan pemerintahnya pada tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"AS percaya penuh Indonesia tahu bagaimana jika ada tindakan aparat yang tidak sejalan dengan norma HAM. Tentu hukum yang berlaku dan digarisbawahi oleh Presiden Yudhoyono sejak enam bulan pertama menjabat orang nomor satu di Indonesia, dirinya menginstruksikan aparat di lapangan untuk memperhatikan sisi HAM," katanya.

Di saat para kepala dan pemerintahan Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Laos, Kamboja, Myanmar dan Vietnam bertemu dengan mitra wicaranya untuk membahas soal-soal politik keamanan, Sekjen PBB Ban Ki moon justru mengingatkan pentingnya masalah kesehatan ibu dan anak.

Di hari terakhir KTT Bisnis dan Investasi ASEAN itu, Sekjen PBB Ban Ki- moon meminta dukungan para pemimpin bisnis untuk bermitra dengan PBB dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak demi masa depan dunia yang lebih baik.

Dalam pidatonya dia mengingatkan bahwa persoalan kesehatan ibu dan anak itu berkaitan erat dengan kemajuan sebuah bangsa. Indonesia misalnya merupakan negara dengan populasi perempuan terbesar ketiga di dunia, khususnya perempuan berusia muda, katanya.

Ia pun kemudian mendorong kalangan bisnis agar ikut memobilisasi dana 40 miliar dolar AS yang dibutuhkan."Adalah tanggung jawab moral kita menyelamatkan para ibu dan anak karena mereka terkait erat dengan masa depan kita," katanya.(*)

TIM ANTARA

Editor: Copywriter
Copyright © ANTARA 2011