Jakarta (ANTARA) - Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (Museum Macan) berkolaborasi dengan Museum Seni Rupa dan Keramik (MSRK) menghadirkan pameran seni rupa bertajuk "POSE" yang dibuka untuk publik sejak 30 April hingga 18 September 2022. 

Menurut penyelenggara, kedua institusi telah melakukan pembacaan atas koleksi masing-masing, untuk mengkaji sejarah sosial yang bertautan dengan para perupa modern terkemuka. Penyelenggara mengatakan POSE ingin berbagi pengetahuan dan pengalaman yang penting untuk masyarakat di Jakarta.

"Kepiawaian mengungkap kisah dari para perupa dan masa kehidupan mereka, adalah satu satu fungsi penting sebuah museum seni. Melalui kolaborasi institusional, kami dapat memperkuat studi semacam ini dan membagikan hasilnya secara luas kepada publik," Direktur Museum Macan Aaron Seeto melalui keterangan resmi, dikutip Senin.

Baca juga: Museum MACAN hadirkan pameran "Kisah Antah-berantah"

"POSE" menampilkan pengamatan kritis atas pergelaran kelas sosial, tuntutan akan kenyamanan hidup dari golongan elite akibat pergeseran kuasa negara, keterhubungan pasar, dan budaya konsumerisme.

Judul pameran diambil dari judul lukisan karya S. Sudjojono pada tahun 1975. Pameran "POSE" menyoroti karya Sudjojono termasuk sepasang karyanya, "Pose" (1975) yang bersanding dengan "High Level" (1970) dari koleksi MSRK.

Karya-karya tersebut menggambarkan medan seni rupa Indonesia yang menyertakan perupa, kritikus seni, pemilik galeri, dan kolektor sebagai pintu masuk untuk menggambarkan perubahan sosial di Indonesia pada awal masa Orde Baru, yang berfokus pada stabilitas ekonomi dan politik.

Koleksi MSRK lainnya yang ditampilkan dalam pameran, yaitu "Maka lahirlah angkatan ‘66" (1966) karya S. Sudjojono yang berkaitan dengan demonstrasi mahasiswa jelang lahirnya Orde Baru serta "Tulisan Putih" (1972) karya A. D. Pirous yang menandai peristiwa "Desember Hitam" dan awal mula Gerakan Seni Rupa Baru.

Pameran "POSE" juga menampilkan sejumlah karya dari koleksi Museum MACAN oleh perupa yang mengamati perubahan dan pergeseran sosial di masyarakat, seperti dari Jepang, Cina, Amerika Serikat, dan Britania Raya.

Selain itu, ada pula karya dari Ahmad Sadali, But Muchtar, Damien Hirst, David LaChapelle, I Nyoman Masriadi, Jeff Koons, Keith Haring, Liu Ye, Richard Prince, S. Sudjojono, Srihadi Soedarsono, Takashi Murakami, Tang Zhi Gang, Wang Guangyi, Wang Xin, Yue Minjun, dan Yoshitomo Nara.

Seeto mengatakan pihaknya sangat menantikan perbincangan dan diskusi yang akan dipantik oleh pameran "POSE" melalui pertemuan karya koleksi kedua institusi.

"Kami juga berharap kerja sama dan kolaborasi antara museum pemerintah dan swasta dapat berlanjut, sehingga dapat mendorong masyarakat untuk terus mengapresiasi kekayaan budaya yang dapat ditemukan di kota ini," katanya.

Baca juga: Pameran Kembara Biru: Arungi langit, rehat sejenak dari layar digital

Baca juga: Museum Macan hadirkan pameran ruang seni "Kembara Biru"

Baca juga: Pameran di Wina sanggah teori konspirasi Rothschild

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022