"Untuk bahan baku tembaga dan kuningan, kami menggunakan bahan baku dari barang-barang bekas dari para pengepul. Tetapi harganya juga naik dari sebelumnya Rp39 ribu perkilogram menjadi Rp85 ribu,"
Klungkung (ANTARA) - I Made Sukma Swacita, pemilik usaha KamasanBali di Kabupaten Klungkung, Bali yang membuat kerajinan uang kepeng menjadi berbagai benda seni, berharap sejumlah produknya dapat dijadikan suvenir dalam ajang Keketuaan G20 Indonesia.

"Kami berharap dari Dewan Perwakilan Daerah dapat memberikan dukungan, sehingga dari Kemenparekraf cepat memberikan keputusan dari surat yang kami kirimkan," kata Sukma Swacita saat menerima kunjungan anggota DPD Made Mangku Pastika di Klungkung, Senin.

Pria yang sudah membuka usaha kerajinan uang kepeng sejak 2004 itu mengaku sudah bersurat ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) agar bisa dilibatkan untuk penyediaan suvenir atau cenderamata G20.

"Untuk jenis suvenirnya, kami siap saja sesuai permintaan, yang penting kami dilibatkan. Beberapa tahun lalu dari Kementerian sudah langganan juga dengan kami, seperti saat KTT APEC dan pertemuan internasional lainnya," ucapnya.

Sukma Swacita dengan dibantu 25 pekerja, selain membuat uang kepeng Kamasan satuan dengan berbagai desain dan ukuran serta ornamen, ada pula yang disusun sehingga menjadi patung indah penari Bali, berbentuk miniatur rumah, Dewa Ganesha, Dewa Siwa dan dewa-dewi lainnya.

Selain itu, KamasanBali juga memproduksi berbagai pernak-pernik hiasan dan perlengkapan upacara untuk digantungkan di tempat suci berbahan uang kepeng, genta, serta sejumlah cenderamata berbahan uang kepeng.

"Oleh karena pandemi, penjualan kami jelas menurun, tetapi memang masih ada saja pesanan," ujar pria yang juga peraih penghargaan Upakarti Jasa Pelestarian pada 2008 dari Presiden itu.

Untuk saat ini, selain memenuhi pesanan dari masyarakat lokal Bali, pesanan yang terbanyak datang dari sejumlah negara di Benua Eropa yang menggemari kerajinan uang kepeng berbentuk patung dan miniatur rumah Bali.

"Kami berharap sesuai dengan kewenangan di Dewan Perwakilan Daerah agar turut bisa merekomendasikan produk-produk kami," katanya.

Untuk patung-patung yang terbuat dari uang kepeng, ia menjual dengan kisaran harga dari yang termurah Rp10 juta hingga yang termahal Rp75 juta.

Suksma Swacita menambahkan, uang kepeng yang diproduksi merupakan campuran sejumlah logam yakni tembaga, kuningan, timah, alumunium, emas, perak dan besi.

"Untuk bahan baku tembaga dan kuningan, kami menggunakan bahan baku dari barang-barang bekas dari para pengepul. Tetapi harganya juga naik dari sebelumnya Rp39 ribu perkilogram menjadi Rp85 ribu," ujarnya.

Sementara itu, anggota DPD Made Mangku Pastika mengatakan kunjungannya tersebut untuk menjaring masukan dan aspirasi dari para perajin UMKM terkait kondisinya di tengah pandemi COVID-19.

Ia mengapresiasi sejumlah upaya yang telah dilakukan rumah produksi KamasanBali sehingga tetap bisa memberikan penghidupan bagi para pekerjanya

Selain itu juga dalam upaya penyelamatan lingkungan dengan pemanfaatan barang-barang bekas untuk menjadi kerajinan seni yang bernilai tinggi.

Mengenai harapan agar produk KamasanBali dapat turut andil dalam penyelenggaraan Keketuaan G20 Indonesia, mantan Gubernur Bali itu mengupayakan untuk mengkomunikasikan.

Anggota Komite 2 itu pun memberikan masukan agar berbagai produk seni yang dibuat juga dilengkapi dengan cerita atau narasi, sehingga bisa terjual lebih mahal dan konsumen pun menjadi lebih mengerti.

"Kata marketing zaman sekarang, yang penting saat ini menjual narasi, bukan sekadar menjual produk atau barang," katanya didampingi staf ahli DPD Nyoman Baskara, Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja itu.
Baca juga: Menkop UKM survei suvenir G20 di Pameran IKM Bali Bangkit
Baca juga: Presiden pesan produk UMKM Jabar untuk suvenir delegasi G20
Baca juga: Uang Kepeng Ukuran Raksasa Dipamerkan di Bali

 
Anggota DPD Made Mangku Pastika (kanan) berfoto dengan I Made Sukma Swacita, pemilik usaha KamasanBali dalam kunjungan kerjanya di Klungkung, Senin (2/5/2022). ANTARA/Ni Luh Rhismawati.
 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022