Jakarta (ANTARA News) - Dalam psikologis olahraga, mempertahankan gelar lebih berat ketimbang meraih gelar, karena adanya tekanan dan beban yang berbeda yang menyelimuti para atlet secara kejiwaan.

Ini pasti dialami tim sepak bola Malaysia ketika berusaha mempertahankan gelar di Senayan, Senin malam, berbeda dengan "rasa" yang dialami atlet ketika berusaha meraih gelar secara umum, atau pun yang akan dirasakan di Myanmar pada 2013.

Malaysia merasa "lega" setelah menang adu penalti dengan tim Garuda Muda, kendati pada raihan medali total mereka hanya berada di urutan keempat (59-50-81) setelah tuan rumah Indonesia (182-151-142), Thailand (117-100-120), Vietnam (96-90-100).

Mereka akan pulang dengan dada terbusung dan kepala tegak, karena bangga membawa kemenangan kepada negara dan rakyat mereka, setelah berhasil membendung tuan rumah yang ingin menuntaskan "dendam kesumat" yang lama terpendam dalam dada. Ini pasti, kendati di cabang lain medali mereka tercecer.

Di dalam negari, anak asuh Rachmad Darmawan itu sedikit pun tidak ada dihujat, bahkan dielu-elukan sebagai pahlawan yang kalah secara wajar dan terhormat. Dari sisi sejarah, pertandingan pada turnamen lain akan seru sekali bila kedua tim ini bertemu.

Nah, Indonesia berhasil meraih gelar juara umum, yang terakhir kali diraih pada 1997 saat Indonesia menjadi tuan rumah. Kini Indonesia sudah empat kali menjadi tuan rumah dan tampil sebagai juara umum untuk ke-10 kalinya.

Tim Merah Putih berjaya di hampir semua cabang yang diikuti, sekaligus berhasil dan ada yang melewati target raihan medali serta mempertajam rekor SEA Games di cabang renang dan angkat besi. Dari seluruh atlet 11 negara, tidak ada yang memperbaiki rekor Asia atau Asian Games.

Tapi yang paling memprihatinkan, cabang peraih tiga medali emas di Asian Games Guangzhou, China, 2010, perahu naga, tidak berhasil meraih satu pun medali emas dari 10 yang diperebutkan, padahal target menyapu enam medali emas.

"Lawan kita (Myanmar) lebih kuat saat ini," kata Ketua Umum PB PODSI Sucipto, mengomentari atlet negara pesaing Myanmar yang mendominasi perolehan medali dan akan menjadi tuan rumah pada SEA Gemes 2013.

Atlet Merah Putih mulai memperlihatkan peningkatan permainan di cabang terukur lewat medali yang diraih pada cabang renang, atletik, menembak dan angkat besi.

Apa selanjutnya?

Menurut rencana, atlet Indonesia yang tampil di SEA Games 2011, diproyeksikan mengikuti kualifikasi Olimpiade 2012 London sedangkan yang tidak, diprioritaskan mengikuti Asian Beach Game, Youth Olipic Games 2012 serta SEA Games 2013.

Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Rita Subowo, mengatakan di Palembang (21/11), SEA Games Jakarta-Palembang menjadi momentum kebangkitan olahraga nasional.

"Program Satlak Prima ini akan terus dalam jangka panjang hingga Olimpiade 2016 Brasil. Setiap atlet yang ikut SEA Games akan kita proyeksikan ke kualifikasi Olimpiade 2012," kata Rita, "Sedangkan yang tidak ke Olimpiade, kita turunkan ke ke Asian Beach Games, Youth Olimpic Games, dan SEA Games 2013."

Rita Subowo yang juga Ketua KONI Pusat, mengatakan, fokus saat ini adalah memperbaiki peringkat Indonesia di Asian Games 2014 Incheon, Korea Selatan. "Kalau untuk Olimpiade, fokusnya terlalu dekat. Mungkin untuk Olimpiade 2016 saja. Mudah-mudahan kita bisa masuk antara 20-25 besar Asian Games, katanya.

Ia mengimbau agar atlet dan petinggi olahraga nasional jangan cepat puas dan terlena, karena di depan ada event yang lebih besar yang membutuhkan penanganan lebih serius.

Untuk itu, Rita menyatakan, pihaknya dan pemerintah akan meneruskan program Prima (Program Indonesia Emas) yang ditangani Tono Suratman sedangkan atlet Pratama ditangani Djoko Pramono. "Kita meminta kepada pemerintah untuk membuat sentra-sentra pembinaan di berbagai daerah sebab kantong pembinaan itu adanya di daerah," katanya.

Program terarah memang amat dibutuhkan, baik perencanaannya apalagi pengejawentahannya di lapangan. Tantangan ke depan tidak hanya untuk mempertahankan gelar di Myanmar, tetapi tahun depan ada Olimpiade London 2012 dan Asian Games Incheon, Korsel, 2014.

Di Asian Games Ghuangzhou, China, 2010, Indonesia berada di urutan ke-15 dengan meraih empat medali emas, sembilan perak, dan 13 perunggu, sedangkan Thailand di tangga kesembilan (11-9-32) dan Malaysia di urutan ke-10 (9-18-14).

Ketika itu, Singapura di urutan ke-16 dengan jumlah medali (4-7-6) dan Filipina di tangga ke-19 (3-4-9), disusul Myanmar di urutan ke-22 (2-5-3) dan Vietnam di urutan ke-24 (1-17-15).

Tiga medali emas Merah Putih berasal dari nomor tidak populer, perahu naga, dan satu lainnya dari nomor ganda bulu tangkis.

Di Olimpiade Beijing 2008, Thailand di urutan ke-31 dengan raihan (2-2-0) dan Indonesia di tempat ke-42 (1-1-3). Emas Indonesia lahir dari duet bulutangkis putera, Markis Kido dan Hendra Setiawan.

SEA Games XXVI sudah usai, ditutup resmi Selasa malam, tapi pekerjaan tidak akan ada usainya, masih ada Asian Games, Olimpiade dan laga lainnya, dengan cita-rasa dan semangat yang berbeda.

Di level yang lebih tinggi, persaingan antarnegara Asia Tenggara pun pasti akan terjadi, karena gelar kemenangan dimana pun identik dengan menjunjung tinggi kehormatan bangsa.
(ANT)

Oleh A.R. Loebis
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011