Prosesi itu harus dilakukan tepat pada 7 Syawal atau tepat pada Lebaran hari ketujuh, dan tidak bisa ditunda meski ditimpa keadaan apa pun, karena sudah diturunkan dari leluhur
Ambon (ANTARA) - Warga Negeri Hitu Lama, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Senin melaksanakan tradisi 7 Syawal 1443 Hjriah dengan berjalan kaki menuju makam keramat yakni, raja pertama di Negeri Hitu Lama, hingga tokoh adat, agama, serta makam sanak keluarga.

“Jadi sebelum jam 07.00 WIT semua masyarakat di sini sudah kumpul di halaman rumah raja Hitu lama. Lalu raja berdoa untuk keluar rumah, baru ramai-ramai kami jalan kali ke makam keramat. Setelah dari makam keramat baru masyarakat menyebar ke makam sanak keluarganya masing-masing,” kata Sekretaris Desa Hitu Lama, Ikbal.H. Pelu, kepada ANTARA, Senin, saat dihubungi dari Ambon.

Ia mengatakan prosesi itu harus dilakukan tepat pada 7 Syawal atau tepat pada Lebaran hari ketujuh, dan tidak bisa ditunda meski ditimpa keadaan apa pun, karena sudah diturunkan dari leluhur, jadi tidak bisa ditunda atau dibatalkan hanya karena ada sesuatu yang menghambat.

“Prosesi 7 Syawal ini bukan baru dijalankan baru-baru ini, namun sudah sejak dahulu kala sehingga apa yang kita laksanakan hari ini itu kita pertahankan oleh apa yang telah leluhur turunkan kepada kita," katanya.

"Dan ini dalam kondisi apa pun tidak bisa ditunda atau dibatalkan sama sekali. Ombak angin hujan badai sekali pun selagi masih ada kesempatan untuk jalan tetap laksanakan. Tidak pernah selama ini tertunda atau dialihkan atau dibatalkan,” tambahnya.

Ia menyebutkan tradisi 7 Syawal ini juga biasa disebutkan “Majarah” yang dikenal sebagai 7 Syawal yang tidak boleh kurang dan lebih.

“Dalam kehidupan masyarakat di sini meyakini bahwa ini Lebaran tujuh hari. Majarah itu, hanya satu sebutan itu saja istilah yang dipakai khusus untuk 7 Syawal. Jadi raja melakukan perjalanan ke tempat-tempat ke raja pertama kedua ketiga dan seterusnya,” katanya.

Menurutnya tradisi 7 Syawal ini dianggap sebagai Lebaran kedua setelah Idul Fitri, sekaligus sebagai momentum bagi masyarakat Hitu untuk ziarah dan doa bersama pada makam keramat raja terdahulu.

“Proses itu dilaksanakan sebagai bentuk ziarah sekaligus doa tahlilan bersama di makam langsung. Karena biasanya yang kita lakukan kan tahlilan di rumah, tinggal dikirim doanya untuk siapa. Tapi kali ini, raja, tokoh adat, tokoh agama, dan sekelompok segenap masyarakat Hitu Lama itu melakukan perjalanan tepat pada jam 07.00 WIT,” katanya.

Ia menambahkan sebelum 7 Syawal, makam masyarakat Hitu Lama dibersihkan lalu menumpahkan sekarung atau dua karung pasir putih agar kuburan terlihat rapi, kemudian ditanam bunga.

“Bagi masyarakat yang merantau di luar kalau tidak dapat Lebaran Idul fitri di sini, pasti mereka usahakan datang di 7 Syawal,” demkian Ikbal.H. Pelu.

Baca juga: Umat Islam Maluku Tengah siapkan ritual adat 7 Syawal usai Idul Fitri

Baca juga: Warga muslim Desa Wakal Maluku Tengah peringati malam tujuh likur

Baca juga: Malam 27 Ramadhan warga Hualoy-Tomalehu Maluku khatam Quran 36 Kali

Baca juga: Jelang Ramadhan, Polres Maluku Tengah bersihkan masjid

 

Pewarta: Winda Herman
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022