Memang lebih tinggi dari biasa namun secara dibandingkan negara lain dan kondisi Indonesia satu dekade lalu misalnya pada 2013 yang mencapai 8 persen maka kondisi inflasi ini jauh lebih baik
Jakarta (ANTARA) - Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Katarina Setiawan memprediksikan inflasi Indonesia akan mencapai 4,4 persen sampai 4,8 persen tahun ini.

“Memang lebih tinggi dari biasa namun secara dibandingkan negara lain dan kondisi Indonesia satu dekade lalu misalnya pada 2013 yang mencapai 8 persen maka kondisi inflasi ini jauh lebih baik,” katanya di Jakarta, Selasa.

Katarina menuturkan prediksi tersebut didasarkan jika harga-harga yang dikendalikan pemerintah atau administered prices seperti bahan bakar minyak (BBM), tarif dasar listrik (TDL) dan harga gas masih naik.

Menurutnya, meski perkiraan tersebut cenderung lebih tinggi dari biasa namun masih lebih baik dibandingkan negara lain maupun pengalaman realisasi inflasi pada 2013 yang mencapai 8 persen.

Katarina mengaku optimis inflasi Indonesia akan tetap dalam kendali seiring adanya upaya mewujudkan fundamental makroekonomi yang solid melalui sinergi dan kesiapan pemerintah bersama bank sentral.

“Kami optimis inflasi Indonesia akan tetap dalam kendali,” tegasnya.

Terlebih lagi, Bank Indonesia juga menyatakan tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga karena peningkatan inflasi dan akan mengutamakan pendekatan lain seperti menaikkan giro wajib minimum (GWM).

Bank Indonesia akan memantau inflasi inti dan tidak akan menaikkan suku bunga berdasarkan dampak instan dari kenaikan administered prices.

Berdasarkan komitmen Bank Indonesia, MAMI pun memperkirakan akan ada dua sampai tiga kali kenaikan suku bunga BI yang mencapai 4 persen hingga 4,25 persen sampai akhir 2022.

Baca juga: CORE: Perekonomian kuartal I 2022 kena dampak dari konflik Ukraina
Baca juga: Rupiah menguat seiring dengan ekspektasi inflasi yang lebih rendah
Baca juga: Indef sebut pertumbuhan ekonomi bisa capai 5 persen sepanjang 2022

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022