Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia sedikit menguat pada Rabu, bangkit dari dekat posisi terendah dua tahun yang dicapai di sesi sebelumnya, sementara dolar stabil menjelang data inflasi AS yang ditunggu-tunggu yang akan menawarkan panduan seberapa agresif Federal Reserve akan menaikkan suku bunga.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,8 persen, setelah jatuh ke level terendah sejak Juli 2020 sehari sebelumnya. Nikkei Jepang menguat 0,3 persen.

Pasar Eropa juga dibuka lebih tinggi, dengan EUROSTOXX 50 berjangka naik 0,7 persen. Nasdaq berjangka bertambah 0,8 persen dan S&P 500 berjangka naik 0,4 persen.

Saham-saham unggulan China memimpin kenaikan Asia, terangkat 2,0 persen dibantu oleh pejabat Shanghai yang mengatakan separuh kota telah mencapai status "nol COVID", dan Presiden AS Joe Biden mengatakan dia sedang mempertimbangkan untuk menghapus tarif era Trump di China sebagai cara untuk menurunkan harga barang-barang di Amerika Serikat.

Tapi, "faktor utama pasar saat ini adalah inflasi, inflasi, inflasi," kata Carlos Casanova, ekonom senior Asia di UBP.

"Inflasi India lebih tinggi minggu ini, inflasi China lebih tinggi dari yang diharapkan hari ini, dan semua orang khawatir tentang inflasi AS dan kemungkinan resesi di AS, yang meningkat dengan setiap kenaikan suku bunga," katanya.

Data China yang dirilis pada Rabu pagi menunjukkan harga konsumen naik 2,1 persen dari tahun sebelumnya, di atas ekspektasi dan laju tercepat dalam lima bulan, sebagian karena harga-harga pangan.

Inflasi tingkat pabrik, sementara juga di atas ekspektasi, turun ke level terendah satu tahun.

Data harga konsumen AS, yang akan dirilis pada pukul 12.30 GMT, dapat memberikan indikasi apakah Fed akan menaikkan suku bunga lebih agresif untuk memerangi inflasi.

The Fed pekan lalu menaikkan target suku bunga pinjaman overnight bank-ke-bank sebesar setengah poin persentase, dan Ketua Jerome Powell mengatakan dua kenaikan seperti itu kemungkinan akan terjadi pada pertemuan kebijakan bank sentral AS yang akan datang.

Ada juga spekulasi di pasar bahwa Fed perlu melakukan kenaikan besar-besaran 75 basis poin pada satu pertemuan.

Pengetatan agresif telah mengirim imbal hasil obligasi pemerintah AS lebih tinggi, dan mendukung dolar.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, stabil di 103,79, tidak jauh dari level tertinggi 104,49 yang dicapai pada awal pekan, tertinggi sejak Desember 2002.

"Reaksi dolar terhadap IHK akan asimetris dalam pandangan kami," kata analis CBA dalam sebuah catatan.

"Kejutan positif akan mendorong pasar untuk menaikkan perkiraan untuk kenaikan suku bunga 75 basis poin di akhir tahun dan mendukung dolar, sementara kejutan negatif akan mempertahankan kenaikan 50 basis poin pada Juni dan Juli tetap utuh dan membuat dolar stabil."

Analis memperkirakan indeks harga konsumen AS menunjukkan kemunduran tajam dalam pertumbuhan bulanan, mendingin ke 0,2 persen pada April dari 1,2 persen pada Maret.

Mereka juga memprediksi kenaikan tahunan sebesar 8,1 persen, 0,4 poin persentase lebih rendah dari 8,5 persen sebelumnya, yang merupakan angka terpanas sejak Desember 1981.

Obligasi pemerintah AS juga tenang menjelang data. Imbal hasil acuan obligasi 10-tahun sedikit berubah pada 2,9774 persen, setelah jatuh dari tertinggi tiga tahun yang dicapai pada Senin (9/5/2022).

Sementara itu, imbal hasil obligasi dua tahun AS, yang sering mencerminkan prospek suku bunga Fed, stabil di 2,6228 persen.

Bitcoin diperdagangkan sekitar 31.700 dolar AS, melakukan pemulihan kecil setelah jatuh di bawah 30.000 dolar AS pada Selasa (10/5/2022) untuk pertama kalinya sejak Juli 2021.

Minyak bangkit kembali dari penurunan pada hari sebelumnya karena pasar mencoba untuk menyeimbangkan kekhawatiran bahwa kebijakan nol COVID China akan berdampak pada permintaan dan bahwa usulan larangan Uni Eropa terhadap minyak Rusia akan memukul pasokan.

Minyak mentah AS naik 2,36 persen menjadi diperdagangkan di 102,08 dolar AS per barel, setelah jatuh di bawah 100 dolar AS pada Selasa (10/5/2022) untuk pertama kalinya bulan ini. Brent naik 2,34 persen menjadi diperdagangkan di 104,85 dolar AS per barel.

Baca juga: Saham Eropa sedikit pulih tetapi prospek negatif tetap bertahan
Baca juga: Saham Asia capai terendah 2 tahun karena kekhawatiran suku bunga naik
Baca juga: Saham-saham tersandung kekhawatiran pertumbuhan dan penguatan dolar

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022