Target 2022 sebesar 5,2 persen sementara capaian triwulan I 5,01 persen sehingga peluang untuk mencapai target cukup besar jika dibandingkan sejak 2015-2021 kita tidak pernah mencapai target
Jakarta (ANTARA) - Peneliti ekonomi makro dan keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Riza Annisa Pujarama menyatakan Indonesia memiliki peluang cukup besar untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,2 persen.

“Target 2022 sebesar 5,2 persen sementara capaian triwulan I 5,01 persen sehingga peluang untuk mencapai target cukup besar jika dibandingkan sejak 2015-2021 kita tidak pernah mencapai target,” katanya dalam diskusi daring di Jakarta, Rabu.

Riza menuturkan hal itu lantaran pertumbuhan ekonomi triwulan I-2022 mampu mencapai 5,01 persen dan hampir seluruh sektor lapangan usaha telah mengalami pertumbuhan serta pemulihan.

Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan di antaranya adalah pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, industri listrik dan gas, konstruksi, transportasi dan pergudangan serta jasa keuangan dan real estate.

Hanya ada empat sektor lapangan usaha yang mengalami penurunan pertumbuhan dibanding triwulan I-2021 yaitu informasi dan komunikasi, jasa pendidikan, serta pertanian, kehutanan dan perikanan sekaligus pengadaan air, pengelolaan samah, limbah dan daur ulang.

Meski demikian, Riza mengingatkan pemerintah tetap perlu mengakselerasi dan mengatasi tantangan ekonomi di triwulan berikutnya seperti inflasi.

Ia menjelaskan inflasi global dapat berpengaruh ke Indonesia melalui perdagangan karena bahan-bahan baku untuk industri pengolahan dalam negeri banyak yang masih impor.

“Sehingga itu akan mempengaruhi industri kita,” ujar Riza.

Tak hanya itu, tantangan dari sisi dalam negeri yaitu harga yang diatur pemerintah atau administered price yang naik seperti BBM yakni Pertamax juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Kenaikan harga energi ini akan mempengaruhi terutama biaya untuk industri pengolahan seperti adanya kenaikan biaya produksi dan biaya distribusi.

Terlebih lagi, rencana pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL) pun akan turut menggerus daya beli masyarakat sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi ke depannya.

“Ini perlu diantisipasi pemerintah bagaimana ini bisa diatur dengan baik terkait kenaikan harga BBM dan listrik,” tegas Riza.

Baca juga: Menko Airlangga: Target pertumbuhan ekonomi 2023 capai 5,9 persen
Baca juga: Ekonom: Target pertumbuhan ekonomi 2022 di atas 5 persen realistis
Baca juga: Pengusaha waspadai tingginya harga angkutan logistik laut hingga 2023

 

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022