Selain mendeteksi sedini mungkin, kemudian tentu mengobati pasien jika ada gejala mengarah ke hepatitis akut
Denpasar (ANTARA) - Dinas Kesehatan Provinsi Bali meminta seluruh dokter anak di Pulau Dewata berpartisipasi aktif dalam mendeteksi sedini mungkin ketika mendapati pasien anak-anak dengan gejala hepatitis akut.

"Selain mendeteksi sedini mungkin, kemudian tentu mengobati pasien jika ada gejala mengarah ke hepatitis akut," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Dr dr I Nyoman Gede Anom di Denpasar, Rabu.

Pihaknya sejak awal mendapatkan informasi dari Kementerian Kesehatan mengenai hepatitis yang penyebabnya masih misterius itu, sudah langsung menindaklanjuti dengan menggandeng Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di provinsi setempat.

Baca juga: Dinkes Bali: UGD Puskesmas di jalur mudik buka 24 jam

"Kami mengimbau dokter anak di seluruh Bali untuk ikut berpartisipasi mendeteksi sedini mungkin dan mengobati jika ada gejala yang terkait hepatitis ini," ujar Anom.

Demikian pula, setiap rumah sakit di Bali juga sudah disiagakan agar siap menerima rujukan dari puskesmas, ataupun berbagai fasilitas kesehatan di desa.

"Masyarakat kami minta kalau ada anggota keluarga yang mengarah ke hepatitis agar cepat dibawa ke fasilitas kesehatan ataupun rumah sakit. Risikonya, pasien bisa meninggal kalau sampai terlambat ditangani," ucapnya.

Baca juga: Dinkes Bali optimistis target vaksinasi penguat tercapai pada 11 Maret

Terkait gejala penderita hepatitis akut, menurut Anom, secara umum menyerupai hepatitis, seperti mual, muntah, diare, demam ringan, warna kuning di kulit dan warna urine lebih pekat.

Di tengah pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) saat ini, Anom pun mengimbau agar guru-guru di sekolah dapat menyosialisasikan pentingnya penerapan protokol kesehatan secara ketat untuk mencegah terjadinya penularan hepatitis.

Baca juga: 15 kasus hepatitis akut masih suspek

"Selain disiplin protokol kesehatan, perilaku hidup bersih dan sehat juga harus tetap dilakukan untuk mencegah jangan sampai timbul kasus tersebut di Bali," katanya.

Anom menambahkan, hingga saat ini di Provinsi Bali belum sampai ditemukan adanya kasus hepatitis akut.

Namun, untuk kasus hepatitis yang sudah umum terjadi, tercatat dari awal 2022 hingga saat ini dilaporkan telah diderita oleh enam orang warga Bali.

Baca juga: Menko PMK: Biaya perawatan pasien hepatitis ditanggung BPJS Kesehatan

Baca juga: Menko PMK: Pencarian penyakit berpotensi mewabah dilakukan pasif-aktif

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022